On the Way to Jannah

Bentang Pustaka
Chapter #3

Dua Surga

Sekarang kita mengulas tentang surga, yaitu sebaik-baik tempat kembali yang disediakan Allah bagi insan beriman. Semestinya kita bertanya, pantaskah diri ini sebagai penghuni surga? Tempat yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Airnya lebih lembut dari susu dan lebih manis dari-pada madu. Siapa yang tak menginginkannya?

Kehidupan seseorang di dunia merupakan cermin kehidupannya di akhirat kelak. Jika di dunia kadar amal kebaikan melimpah, niscaya di akhirat nanti mendapat kenikmatan luar biasa. Begitu pula jika diri ini dilumpuri banyak keburukan dan dosa, niscaya buruk dan sempit pula tempat kembalinya.

Untuk memasuki fase kehidupan akhirat, kita perlu sampai pada tujuan terlebih dahulu. Gerbang akhirat ialah saat sakaratul maut tiba. Tentunya, husnul khatimah bukan sebuah hadiah cuma-cuma. Namun, itu menjadi hasil perjuangan seorang mukmin yang senantiasa mengerjakan amal kebajikan, selalu istiqamah, serta mengharapkan pertolongan dan rida-Nya. Buah kebajikan dapat dipetik saat berada di gerbang akhirat, yaitu merasakan kematian yang baik, husnul khatimah.

Dalam sebuah kesempatan, Ustaz Naziri al-Fansuri pernah berceramah tentang dua surga. Surga pertama dirasakan seorang mukmin ketika berada di dunia. Surga sebelum surga, begitu kita menyebutnya. Surga kedua ialah surga yang sesungguhnya, yang kekal di kehidupan akhirat.

Adapun ciri-ciri orang yang memperoleh surga sebelum surga ialah sebagai berikut:

Pertama, ketika seorang mukmin sibuk menanam amal-amal saleh hingga tak membiarkan sedikit pun keburukan memperdayai. Ia terbuai kenikmatan beramal dan beribadah kepada Sang Khalik. Tiada pernah ada istirahat baginya, kecuali pada jenaknya dalam shalat dan sujud. Tiada kata rehat bagi seorang mukmin untuk menebus pundi-pundi ibadahnya dengan surga. Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya, “Kapan seorang mukmin istirahat?” Beliau menjawab, “Ketika kakinya telah menginjak surga.”

Man zara’a khashada, siapa yang menanam pasti akan menuai. Lalu, di manakah tempat kita menanam? Jawabnya adalah di muka bumi. Ketika napas masih berembus dan jantung masih berdetak, itulah momen tepat untuk beramal dan bertakwa kepada Allah. Dan, bumi yang luas ini telah disediakan Allah sebagai ladang subur untuk beramal.

Lantas, di manakah kita akan memanen? Di akhirat kelak, bahkan sejak di gerbangnya. Maka, Allah menjawab hamba-Nya yang sibuk merajut iman dan amal salehnya dalam ayat ini:

Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukannya. (QS Ya Sin [36]: 55)

Kedua, yaitu seorang yang senantiasa rida dalam menjalani dan menerima keputusan dan ketentuan yang Allah berikan kepadanya, sebab ia yakin bahwa itulah yang terbaik baginya. Jika itu duka, ia bersabar. Jika itu suka, ia bersyukur.

Mereka mulai mengupayakan mendapatkan “surga” sebelum surga yang sesungguhnya. Rumah yang terasa lapang, dipayungi keteduhan dan ketenangan (sakinah), cinta dan kasih sayang, istri dan anak saleh-salihah. Jadikan rumah itu surga, sebagaimana ungkapan, “Bayti jannaty [Rumahku adalah surgaku].” Rumah yang selalu diselingi ayat-ayat suci sebagai penyejuk rumah. Tidakkah itu merupakan surga yang kita rasakan di dunia ini?

Jika rumah sudah seperti surga bagi penghuninya, insya Allah kita akan mendapatkan tempat bernaung serta surga sesungguhnya. Seorang ulama bercerita, “Surgakan dahulu duniamu, insya Allah engkau akan mendapatkan surga di akhirat.” Dengan hati yang lapang, rida, lega, dan legowo (menerima), itulah bagian dari surga yang dicicipkan di dunia. Sebab surga itu luas. Surga itu lapang. Jika kita sudah bisa menyurgakan rumah kita, insya Allah kita akan memperoleh rumah di surga. Allahumma amin...

Seluas apa jika kita memandang surga di akhirat? Maka, seluas itu pulalah kita hendaknya menjalin silaturahmi dan ukhuwah. Perbaiki hubungan antarsesama dan pererat tali persaudaraan. Cara tersebut dapat meluaskan surga kita. Begitu pula sebaliknya, orang yang banyak musuh, tentu dunia ini terasa sempit baginya. Bagi orang yang saling mencintai karena Allah, dunia ini akan terasa luas dan lapang. Maka, mari melapangkan hati dan meluaskan ukhuwah kita.

Allah Swt. menjawab doa mereka dengan ayat ini:

Lihat selengkapnya