Riuh renyah suara yang didominasi anak sekolahan juga suara kendaraan berlalu lalang membuat kepalaku pusing dan sedikit berdenyut. Aku sangat tidak suka kebisingan tapi mana mungkin menyuruh mereka untuk diam. Tidak semua hal yang kita mau bisa kita dapatkan. Ya, begitulah cara kerja kehidupan. Tidak ada yang bisa kita lakukan selain menerimanya, bukan? Sama seperti hal yang satu ini, aku harus menerima kenyataan bahwa sekarang aku harus pulang jalan kaki karena tidak ada orang rumah yang bisa menjemputku
“Ellen aku duluan ya, papaku udah jemput” teriak naina membuatku kembali terfokus
“Iya na, hati hati ya” jawabku sambil tersenyum kecut
Lihatlah sekarang bahkan temanku sudah dengan tenangnya menikmati perjalanan pulangnya. Sedangkan aku masih duduk manis dihalte menunggu jalanan agak sepi. Seperti yang kubilang tadi aku tidak suka kebisingan jadi aku akan menunggu jalanan agak sepi barulah aku akan pulang. Kalian pasti bisa membayangkan betapa ramainya jalanan saat pulang sekolah seperti ini, semua orang berlomba untuk cepat cepatan pulang.
Sambil menunggu biasanya aku akan mendengarkan music melalui earphone atau ngemil jajanan sekolah atau juga hanya duduk diam sambil memperhatikan orang banyak. Dan saat ini aku memilih untuk duduk diam saja. Dari kejauhan aku bisa melihat dengan jelas seseorang yang sedang mengendarai motor mengarah kepadaku. Dia temanku namanya Silvi.
“El, mau nebeng gak?” katanya sambil mematikan mesin motornyaa
“Gak usah sil, kamu luan aja”