Onar di Kampung Inggris

Panji Sukma
Chapter #10

Meresmikan Sekutu

Rapat kami malam diawali dengan perayaan karena keinginan kami mendapat persetujuan dari Mr Clark, pemilik lembaga bimbingan belajar. Camp lelaki dan perempuan yang awalnya bernama camp Livia kini telah diganti dengan nama camp Sekutu. Perlu kamu catat, kami hanya mengganti nama camp, bukan nama lembaga bimbingan. Seluruh penghuninya pun tak keberatan, malahan semua sangat setuju dengan hal itu. Menurut mereka, nama camp Livia terdengar sangat biasa dan tidak keren, dan akan lebih enak jika diberi nama camp Sekutu. Dengan begitu lebih terkesan unik juga berkarakter, atau setidaknya terdengar berbeda dari nama-nama camp di sekitar kami. Pergantian nama itu bisa dibilang resmi, setidaknya nama itu akan dipakai selama satu bulan proses belajar kami. Jika kelak angkatan kami telah menyelesaikan proses bimbingan, maka hak lembaga apabila ingin mengembalikan nama camp seperti semula. Nama camp yang sebelumnya telah terpasang di atas pintu dan hanya sebuah MMT pun juga telah dilepas, berganti dengan nama camp kami yang baru. Aji membuat dari papan kayu dengan pahatan sederhana namun rapi. Dia memang sosok yang bisa diandalkan.

Rapat kali ini semakin spesial dengan berkumpulnya seluruh peserta bimbingan angkatanku di camp Sekutu. Ruang tengah dipenuhi dengan hidangan yang meski tak mewah namun cukup komplit. Rujak buah, gorengan, cilok, dan beberapa camilan lain, siap kami lahap bersama. Sebenarnya aku cukup heran dengan semua ini. Meski aku bisa dibilang pentolan Sekutu, aku tidak menyangka undangan yang kusampaikan kemarin malam sebelum perjalanan kembali dari Gua Surowono, ternyata mereka tangkap dengan antusias. Nyatanya mereka semua hadir, dan masing-masing dari mereka datang dengan membawa makanan, terutama para perempuan. Padahal aku dan Sekutu hanya menyiapkan beberapa buah mangga dan salak, sederhana saja, yang penting bisa berkumpul dan sepakat bahwa nama camp telah diganti.

Semua orang yang ada tampak saling bercanda dan berganti tawa, beberapa juga saling melempar kulit buah dan semakin membuat suasana pecah. Malam ini aku baru sadar, ternyata kami mulai sering menggunakan bahasa inggris dalam obrolan, bahkan aku sendiri pun begitu, mengalir saja tanpa sadar. Seperti contohnya, saat ada yang baru datang, kami akan bertanya, where have you been? Dan yang paling kentara adalah saat saling bercanda dengan makian, mereka mulai meninggalkan kata, anjir, taik, dan berganti dengan, fuck, bitch, mother fucker. Sepertinya makian macam itu memang lebih cocok digunakan di tempat ini, namanya saja kampung inggris. Sebenarnya aku juga baru tahu maksud dari mother fucker bukanlah untuk menghujat ibu seseorang, tetapi lebih seperti makian kepada seseorang yang dianggap pembuat masalah. Setidaknya kami tidak akan lagi memaki dengan makian dari daerah kami masing-masing yang satu sama lain tak tahu artinya. Kami makian dengan standar makian internasional.

Lihat selengkapnya