Onar di Kampung Inggris

Panji Sukma
Chapter #14

Pertanyaan-pertanyaan

Aho. Entahlah. Apa aku berlebihan jika berpikir dia adalah orang mencurigakan yang mengintimidasi pemilik toko buku? Yang jelas, saat bersama Elwa tempo hari, kami melihat Aho keluar dari toko buku dengan gerak-gerik tak lazim. Jika kuingat dengan saksama, dia tampak gugup mengawasi sekitar dan amat bergegas pergi. Semacam dia tak ingin ada yang mengetahui keberadaannya.

Aku benar-benar tidak berminat mengikuti bimbingan siang ini. Kuedar pandang. Sepertinya hanya aku yang merasa resah dengan kejadian di toko buku. Aji. Ah, meski aku tahu dia akan paham, tapi kali ini aku tak ingin melibatkan dia. Sekutu yang lain? Sepertinya juga tak perlu melibatkan mereka. Aku sangsi mereka bisa menangkap keharusan mengungkap kejanggalan yang kurasakan. Di sudut ruangan Danto tampak sebuk menatap layar ponselnya. Entah kenapa ucapan dia kemarin malam benar-benar membuatku kehilangan simpati padanya.

Aku meminta izin pada tutor untuk kembali ke camp. Kurang enak badan, begitu alasanku. Tentu aku tak benar-benar kembali ke camp. Aku pergi menuju ke kantor lembaga. Aku menemui Mr Clark untuk mencari tahu tentang Aho. Dia pernah menjadi peserta bimbingan di tempat ini, yang berarti tentu saja ada data tentang dia. Tapi ketika kutanyakan data peserta bimbingan bernama Aho, dan dicari di komputer, Mr Clark tak menemukan ada peserta bimbingan bernama Aho. Sumpah, bodoh sekali aku, tentu saja tak ada. Aho adalah nama yang kuberikan padanya. Dan lagi, aku dulu tak sempat menanyakan namanya. Aku harus menjelaskan panjang lebar baru Mr Clark tahu tentang siapa orang yang kumaksud. Tentu saja dengan menyebutkan ciri-ciri dan tanggal ketika Aho pergi.

“Oh dia. Namanya Fikri. Ada apa?” tanya Mr Clark.

Gila. Bukankah Fikri adalah nama yang Danto sebut sebagai pemasok? Aku semakin tak mengerti kenapa begitu banyak kebetulan. Dan bagiku, kebetulan yang terlalu kerap bukanlah sebuah kebetulan. Pasti ada sesuatu di balik semua ini.

“Ada apa sebenarnya? Kemarin peserta didik baru yang gondrong itu juga menanyakan Fikri.”

“Danto?” tanyaku semakin penasaran karena kembali menemui sebuah kebetulan.

“Iya.”

Sepertinya bukanlah tentang Aho yang terlebih dulu harus kucari tahu, tapi Danto. Aku yakin banyak yang dia sembunyikan. Sebab itu aku menanyakan tentang Danto pada Mr Clark. Pasti setidaknya lembaga punya kartu identitas Danto, sebab salah satu syarat untuk mendaftar adalah dengan menyerahkan kartu identitas untuk diambil data. Dan kecurigaanku terjawab, Mr Clark menjelaskan bahwa saat mendaftar Danto beralasan kartu identitasnya hilang. Danto bilang akan menyusulkan identitas setelah mengurus surat kehilangan di Polsek namun sampai saat ini tak dilakukan. Tanpa pikir panjang, aku menyimpulkan bahwa siapa Danto sebenarnya harus segera aku ungkap. Persetan. Aku aku akan kembali ke camp dan menggeledah barang-barang Danto. Seketika aku teringat pesan Mas Abbas tentang penyusup atau orang-orang yang punya niat buruk di Kampung Inggris. Bahkan sempat tipis terlihat pemikiran bahwa Danto adalah orang yang mengintimidasi Koh Edwin. Nyatanya dia ada di malam penggerebekan tempo hari.

Lihat selengkapnya