“Happy birthday!”
Salena melihat mamanya, Elya, dan kedua kakaknya, Kessa dan Anna, bertepuk tangan setelah menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Kessa mulai menyalakan lilin di atas kue yang sudah disiapkan Elya, lalu berkata, “Kamu bisa tiup lilinnya sekarang.”
“Make a wish,” Anna mengingatkan.
“Ayo, Le!” Elya bertepuk tangan dengan wajah antusias.
Salena sesaat melihat keadaan sekitar. Kafe yang berada di kawasan Kemang itu merupakan pilihan Kessa dan Anna untuk menjadi titik temu, mengingat mereka berdua supersibuk dan tidak lagi tinggal di rumah karena sudah memiliki kehidupan masing-masing sebagai orang dewasa. Pilihan yang cukup bagus, sebenarnya. Kafe ini tidak terlalu ramai, sehingga topi kerucut yang dikenakan oleh kedua kakak perempuan dan mamanya itu tidak menjadi tontonan banyak orang.
Tanpa pikir panjang, tanpa menggumamkan doa dalam hati seperti yang Anna suruh, Salena segera meniup lilin dan membuat wajah ketiga perempuan di dekatnya itu kembali terlihat antusias.
Kessa bertepuk tangan dan mengambil pisau kue dari sisi piring, bersamaan dengan Mama yang melontarkan pertanyaan, membatalkan gerakan Kessa yang hendak memotong kue. “Apa harapan kamu tadi, Le?”
Pertanyaan Elya membuat kedua kakaknya bersedekap, menatapnya.
Salena balas menatap mata ketiganya bergantian. “Aku pengin … tinggal sama Papa.”