One Day

Ananda Putri Safitri
Chapter #2

Bab 1 Hari Pertama Masuk Sekolah

Karin terbangun. Ia mengucek matanya dan menekan sebuah kotak di sebelah ranjangnya, terpampang angka 05.00 dengan nyala lampu berwarna merah. Ia segera bangkit dari tidurnya dan mulai merapikan ranjangnya. Setelah ranjang selesai dirapikan, ia berjalan sekitar tujuh langkah ke arah sisi kanan ranjang. Diambillah seragam putih abu-abu beserta dalamannya dari dalam almari. Setelah itu, ia menutup pintu almari dan berjalan ke salah satu sudut kamarnya menuju kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, ia keluar dengan seragam putih abu-abu yang sudah melekat pas di tubuhnya.

Karin segera melangkah menuju meja rias. Ia mengambil sebuah ikat pinggang serta dasi dengan bordiran logo sekolahnya dari balik laci meja rias. Dipasanglah perlengkapan sekolah itu seperti pada umumnya. Ia pun duduk sembari tersenyum melihat bayangan dirinya dari balik cermin.

"Satu senyum, satu kebaikan!" batin Karin. Ia selalu membiasakan diri tersenyum agar setiap masalah yang ia hadapi sedikit berkurang. Karin mengambil sisir dari atas meja rias dan menyisir lembut rambut panjangnya. Setelah rapi, sisir itu dikembalikan ke tempat semula. Kini dirinya mengambil pelembab wajah dan mengoleskannya pada wajah ovalnya. Tidak lupa juga memberikan taburan bedak setelahnya serta olesan lip tin di atas bibir mungilnya. Ia tidak ingin terlihat pucat tanpa riasan. Merasa sudah rapi, ia pun mengambil tas ransel yang diletakkannya di atas meja belajar dan membawanya turun ke lantai bawah.

Di dapur, Karin meletakkan tasnya pada salah satu kursi di meja makan. Ia ikut bergabung menyiapkan makanan untuk sarapan pagi keluarganya.

"Bun, tadi Karin mimpi cowok," ungkap Karin sembari mengambil sendok dan garpu sejumlah anggota keluarganya.

"Ganteng enggak?" Elsa tersenyum penuh makna.

"Lumayan sih, tapi matanya tajem banget bun." Karin membawa wadah keramik berisi nasi goreng ke meja makan. Kini tinggal lauknya saja yang belum digoreng.

"Kakak suka ya?" goda Elsa sembari memotong ayam menjadi beberapa bagian. Anaknya yang sedang menyendokkan nasi goreng ke dalam mangkuk besar menjawab, "Enggak kok. Di sana ceritanya Karin nangis habis lihat cowok itu. Apalagi udah tiga hari Karin mimpi kayak gitu terus." Raut muka Karin berubah serius. Ia tampak sedang mengingat-ingat mimpinya tersebut.

"Oh, mungkin aja dia belahan jiwa kakak," senggol Elsa menggoda anaknya itu. Sendokan terakhir telah dijejalkan Karin pada mangkuk hingga terlihat menggunung.

"Ih, bunda apaan sih?" Karin mencebikkan bibirnya. Karin segera memindahkan mangkuk di genggamannya ke atas meja. Kini, Elsa menyuruhnya untuk meletakkan ayam goreng di atas meja. "Sana, taruh ayamnya ke meja!"

Karin segera mengambil yang dimaksud dan memindahkannya ke atas meja. "Ayah, adik, ayo makan!" Karin berteriak memanggil kedua anggota keluarganya yang belum hadir di meja makan.

Lihat selengkapnya