One Fine Day (Become Mama)

Arinaa
Chapter #5

V

Di salah satu meja di coffee shop saat ini sedang duduk berhadapan pria dan wanita. Mereka saling diam setelah si pria meminta tolong sesuatu kepada wanita di depannya. Tak lama, ia menggeser ponselnya ke arah wanita tersebut.

“Save kontak kamu di hp saya, nanti saya hubungi. Jika kamu sudah punya jawaban bisa hubungi saya kembali.” Ujar Dimas pada Dini di depannya yang masih diam.

Mungkin jika di tawari sejumlah uang tunai, Dini tak perlu berpikir selama ini. Ia akan terima dengan suka cita.

“Pak, maaf sebelumnya. Saya sama Aruna baru ketemu satu hari. Saya takut itu cuma perasaan sementara Aruna yang mungkin lagi kangen sama mamanya. Kenapa bapak gak temuin Aruna sama mamanya aja?” Tanya Dini akhirnya berbicara setelah sekian lama terdiam.

“Aruna sayang sama kamu. Apa boleh sekali saja lagi kamu temui Aruna? Setelah ini kamu tidak nyaman atau semacamnya tidak apa-apa. Saya tidak akan paksa. Anggap saja kalau kamu atau Aruna tidak pernah bertemu satu sama lain.” Balas Dimas.

Dini kemudian meraih ponsel Dimas dan menyimpan kontaknya disana.

“Bapak chat saya saja, nanti saya kabari. Maaf pak, saya gak bisa ninggalin staff saya lama-lama. Saya juga belum makan siang. Nanti malam saya kabari.” Ujar Dini menaruh ponsel Dimas ke pemiliknya kemudian berdiri pamit dari laki-laki tersebut.

Jika di bilang Dimas mengganggu makan siangnya, jawaban Dini adalah pria itu amat sangat mengganggu. Dirinya sudah lapar sekali tadi. Namun tawaran Dimas jadi menghilangkan nafsu makannya dalam sekejap.

“Maaf saya temuin kamu tiba-tiba gini. Aruna dua hari ini cariin kamu terus. Dia mau ketemu sama mamanya. Kamu bisa datang ke rumah saya? Kebetulan keponakan saya lusa ulang tahun. Mungkin kamu bisa temani Aruna disana.” Ucap Dimas menjelaskan bagaimana putrinya itu selama dua hari selalu menerornya kalau ingin sekali bertemu mama cantiknya.

Dini sebenarnya ingin saja, apalagi Aruna itu anak yang cantik dan pintar. Tapi pikiran-pikiran negatif terus bertengger di kepalanya. Ia tak mau di bilang memanfaatkan Aruna untuk mendekati ayahnya atau ia tidak mungkin membiarkan Aruna terus memanggilnya mama. Bagaimana jika ibu anak itu tahu, bisa di geprek dirinya sama dengan ayam geprek langganannya.

Malamnya, Dimas tersenyum membaca pesan yang sedari tadi ia tunggu. Dirinya bisa bernafas lega saat jawaban pesan dari perempuan yang di tunggunya sesuai harapan.

“Kirimin alamat rumah bapak, besok saya kesana.” Satu kalimat sejuta arti untuk Dimas. Baru kali ini ia dibuat pusing dengan permintaan Aruna. Biasanya Aruna meminta apapun bisa ia kabulkan hari itu juga. Karena memang Aruna yang sangat pengertian itu tidak pernah meminta hal-hal aneh dari Dimas. Baru kali ini permintaan Aruna membuat dirinya pusing.

Setelah menjawab pesan Dini, Dimas merebahkan badannya ke kasur empuk yang sudah 3 bulan ini ia tiduri sendiri. Ia bisa membayangnya bagaimana Aruna akan tampak bahagia jika dirinya memberi kabar Dini akan menemui mereka.

~

Seorang wanita yang menggunakan kaus lengan pendek warna putih tulang, rok denim 3/4 dan sepatu kets berwarna merah tengah berdiri di depan rumah mewah. Ia mengecek kembali apakah alamat yang dikirimkan sesuai atau tidak. Setelah yakin, ia kembali menaruh ponsel ke dalam clutch bag yang senada dengan warna sepatunya.

“Gue harus kerja berapa puluh tahun ya biar bisa punya kaya gini.” Monolog Dini dalam hatinya.

Ia pun menghampiri salah satu security yang ada di sana. “Pak maaf, saya dengan Andinia. Mau ketemu sama pak Adimas nya ada?” Tanya Dini dengan sopan.

Security itu sempat berpikir ada hubungan apa tuan rumahnya dengan wanita yang saat ini ada di hadapannya. Biasanya yang mencari atau yang ingin bertemu tuannya itu usianya sudah matang semua. Namun yang sekarang ini kenapa seperti anak sekolahan. “Apa guru les untuk nona Aruna ya?” Batin security tersebut.

“Allahu akbar ini satpam ngeliatin doang. Gak pernah liat cewe cakep apa ya dia?” Ujar Dini dalam hati dengan percaya diri.

“Pak maaf, pak Adimas nya ada?” Tanya Dini sekali lagi.

“Oh iya non maaf. Ada keperluan apa ya non? Maaf ya saya tanya-tanya soalnya baru pertama kali yang kaya non dateng kesini. Buat guru lesnya non Aruna ya?” Tanya security tersebut panjang lebar.

“Pak emang muka saya kaya guru les banget ya pak? Saya diminta pak Adimas kesini. Untuk memastikan bapak panggilin pak Adimas aja.” Final Dini yang sedikit heran apakah penampilannya saat ini lebih mirip ke guru les. Yang Dini takutnya jika ia di sangka baby sitter untuk Aruna. Jelas-jelas setiap keluar rumah ia selalu menampilkan style terbaiknya.

Lihat selengkapnya