“Gosok gosok gosok ketek, keteknya digosok gosok.” Dimas masuk ke dalam kamar anaknya dan mendengar lantunan dari arah dalam kamar mandi. Yang bisa ia tebak itu suara dari Aruna dan Dini. Ia pun melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi dan bersandar di ambang pintu. Pemandangan yang ia lihat saat ini adalah Dini yang telaten memandikan kedua anaknya serta raut wajah ceria Aruna, belum lagi Arjuna yang ikut tersenyum sambil memainkan air di dalam bathup.
Tak lama Dini selesai memandikan kedua anak tersebut. Aruna lebih dulu keluar dengan menggunakan bathrob lalu di susul Dini sambil menggendong Arjuna. Mereka melihat Dimas duduk di tepi kasur Aruna dengan baju yang sudah Dimas siapkan.
“Terima kasih papa, udah siapin baju Aruna sama adek.” Ucap Aruna menghampiri papanya.
“Iya sayang, sama-sama. Aruna papa bantuin pakai baju ya. Biar dek Juna sama mama gimana?” Ucap Dimas.
“Okey papa, tadi dek Juna seneng banget waktu mandi. Sampai muncrat-muncratin air ke aku pa.” Cerita Aruna pada ayahnya.
“Iya tadi papa liat. Kamu dari pagi papa ajak mandi gak mau. Ini ada mamanya langsung cepet banget mau mandi.” Balas Dimas namun Aruna hanya menyengir mendengar ucapan ayahnya itu.
“Dini, perlengkapan Arjuna ada di meja samping kamu. Minyak telon sama yang lainnya.” Ujar Dimas melihat Dini masih bercanda dengan Arjuna yang tidak mau melepas bathrob nya.
“Oke pak.” Balas singkat Dini kemudian beralih lagi ke Juna.
“Ba.” Suara candaan Dini dan dan tawa Arjuna membuat Dimas menatap keduanya. Juna seakan menutup matanya dengan bathrob lalu membukanya tiba-tiba saat Dini mengucapkan kata “Ba” seperti sedang bermain cilukba.
“Ayo sekarang kita pakai baju. Nanti Juna masuk angin kalo lama-lama.” Ujar Dini dan akhirnya memakaikan Juna baju yang sudah di siapkan Dimas.
Mereka berempat pun turun ke bawah setelah Aruna dan Arjuna sudah selesai mandi. Aruna yang menggandeng tangan ayahnya dan Arjuna yang tak ingin lepas dari gendongan Dini.
“Nenek, kakek, aunty, aku udah wangiii.” Celoteh Aruna. Ketiganya menoleh dan mendapati ke empatnya bak keluarga bahagia.
“Sini Juna sama aunty, udah wangi mau aunty cium.” Ucap Asya yang ingin mengambil Arjuna dari Dini namun bayi itu kembali menolak.
“Ya Allah, Juna beneran gak mau lepas dari mamanya.” Ujar Asya yang melihat keponakannya tak ingin lepas sama sekali dari Dini.
“Dini, makan siang di sini ya nak. Tante udah masak tadi.” Ujar ibu Dimas pada Dini.
“Iya tante. Terima kasih banyak.” Balas Dini dengan sopan.
Mereka lalu menuju meja makan. Dengan Dimas,ibunya dan Asya di sisi kanan. Lalu Dini,Aruna dan Arjuna di sisi kiri. Dini diapit oleh kedua anak kecil itu.
“Aruna mau makan pakai apa? Biar kakak ambilin.” Tanya Dini ingin menyiapkan makanan Aruna terlebih dahulu baru ia menyuapi Arjuna.
“Mau pakai ayam goreng saja mama.” Jawab Aruna.
“Sayurnya?” Tanya Dini kembali.
“Eemm gak mau. Aruna gak suka sayur, pahit.” Jawab Aruna.
“Kenapa gak suka sayang? Emang Aruna pernah coba makan?” Tanya Dini selembut mungkin. Anak ini masih dalam masa pertumbuhan, harus banyak makan sayur agar saat besar nanti terbiasa.
“Belum mama, tapi Aruna gak suka. Kata kak Nara gak enak.” Jawab Aruna. Walau Dini tak tahu siapa itu Nara namun ia masih mencoba membujuk Aruna untuk makan sayur.
“Gimana kalo kakak potong-potong sayurnya jadi kecil. Jadi Aruna bisa makan. Mau coba? Kakak potong di piring kakak ya. Nanti kamu coba punya kakak dulu. Ini ada wortel sama brokoli. Wortel bagus buat mata Aruna.” Jelas Dini dengan mencolek lembut pipi Aruna agar anak itu mau makan sayur. Dini menuangkan sayur berisi wortel dan brokoli ke dalam piringnya membasahi nasi yang sudah ia ambil. Lalu memotong kecil-kecil seperti dadu wortel dan brokoli tersebut.