Esoknya Dini dikamar tengah bersiap. Ia ingin berkunjung ke rumah Dimas karena sudah terlampau rindu dengan Aruna dan tentu saja Arjuna. Dengan menggunakan sweater putih, celana jeans hitam dan sneakers. Dini turun ke bawah menghampiri ibunya yang sedang berada di dapur. Awalnya ia dilarang keluar dulu oleh ibunya karena masih dalam pemulihan. Namun karena Dini membujuk sudah sangat rindu pada Aruna, akhirnya di izinkan dengan syarat obatnya tak boleh di tinggal.
“Ma, aku berangkat ya.” Ucap Dini pada ibunya.
“Sebentar Din, ini mama mau kasih ikan palumara sama pepes tahu. Buat keluarganya Dimas.” Ucap ibu Dini sambil menyiapkan di dalam kotak makan.
“Wih mama masak tumben. Itu bolu juga ma?” Tanya Dini yang melihat bolu kesukaannya berada di atas meja.
“Itu buat Aruna. Suruh cobain pasti dia suka. Punya kamu udah mama pisahin kalo mau makan di rumah.” Jawab ibunya.
Setelah semua sudah siap, Dini mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi online. Ia tak mengindahkan perkataan Dimas kemarin yang bilang jika ingin pergi harus mengabarinya. Supaya Dimas jemput. Karena Dini masih menyayangi jantungnya, ia lebih baik pergi sendiri saja. Dengan Dimas sama saja latihan senam jantung dadakan.
“Assalamualaikum pak.” Sapa Dini pada security rumah Dimas dengan ramah.
“Waalaikumsalam, ya ampun non Dini udah lama gak keliatan. Ayo masuk non.”
Dini pun berjalan melewati halaman rumah Dimas yang bisa Dini bilang cukup besar. Awalnya memang mengeluh karena menurutnya jarak dari pagar ke pintu utama saja terhitung olahraga untuknya. Ia pun perlahan menekan bel saat sudah sampai di depan pintu rumah Dimas.
“Non Dini ya allah baru keliatan. Udah mendingan non?” Suara asisten rumah tangga Dimas terdengar saat ia melihat Dini. Dan tentu juga ia tahu jika Dini sehabis di rawat karena mendengar obrolan tuan rumah mereka.
“Alhamdulillah bi udah mendingan. Saya izin masuk ya bi.” Jawab Dini.
“Iya non silahkan.
“Assalamualaikum.” Ucap Dini begitu dirinya sudah sampai di ruang keluarga rumah tersebut. Disana ada ibu dan ayah Dimas yang sedang menemani Aruna yang sedang bermain, Dimas dan juga Rizky yang hari ini menyempatkan diri untuk berkunjung.
“Waalaikumsalam.” Jawab mereka bersamaan lalu menoleh siapa yang datang.
“Mama.” Teriak Aruna dengan riang langsung meninggalkan mainannya.
Saat Dini sudah siap ingin menggendong anak itu, Aruna malah memeluk kaki Dini.
“Aruna peluk begini dulu ya ma. Mama baru sembuh, nanti kecapean gendong Aruna.” Ujar Aruna yang membuat Dini terharu pada anak ini yang sangat pengertian. Dini pun mensejajarkan dirinya dengan Aruna. Ia kembali memeluk anak itu dan mencium seluruh wajah Aruna.
“Terima kasih ya sayang.”
“Oh iya tante, om. Ini ada titipan dari mama.”
Dini pun memberikan satu tas pada ibu Dimas.
“Ya ampun Dini jadi ngerepotin. Ini mama kamu masak?” Jawab ibu Dimas sambil menerima tas tersebut.
“Iya tan. Itu ada ikan palumara sama pepes tahu, kata mama buat makan siang.” Jawab Dini.
“Oh sama satu lagi, ada kue bolu dari oma buat Aruna.” Ucap Dini pada Aruna.
“Wah serius mama? Aruna mau liat.” Mendengar dirinya mendapat jatah dari sang oma, tentu Aruna sangat antusias.
Ketika kotak berisi kue bolu itu terbuka, uap panas dan aroma dari kue tersebut langsung tercium.
“Ya allah masih hangat ini pasti enak. Om boleh bagi gak Aruna?” Kali ini suara Rizky terdengar.
“Boleh om, kita makan sama-sama ya.” Jawab Aruna.
“Din ini ikan palumara yang dari Makassar itu kan ya? Seger banget ini ma. Kebetulan kita belum makan siang semua.” Ucap ayah Dimas.
“Iya om, kebetulan mama papa orang sana. Jadi masakannya gak jauh-jauh dari sana. Semoga suka ya om, tante.” Balas Dini.