Kehebatan seorang wanita adalah bisa berpura-pura seakan bisa menangani semuanya. Contohnya saat ini, mata Dini masih menatap balik Dimas seakan ia tak takut dengan pria di depannya jika Dimas akan berbuat macam-macam padanya. Namun lain di hatinya. Ia berdoa agar pikiran-pikiran negatifnya sungguh tak akan terjadi.
“Bapak baru liat orang cakep ya? Biasa aja liatin saya nya. Saya tau saya cantik.” Ucap Dini dengan percaya diri, padahal entah jantungnya sudah berdegup tak tentu ditatap lekat oleh Dimas.
Dimas justru memajukan wajahnya semakin dekat dan sontak membuat Dini menoleh ke samping dan menundukkan wajahnya. Bisa bahaya menurutnya jika apa yang ia pikirkan akan terjadi. Dimas yang melihat itu hanya terkekeh kecil lalu mengecup pipi Dini.
“Jangan bandel makanya kalo di bilangin. Kamu siap-siap sana. Saya antar pulang.” Ucap Dimas lalu meninggalkan Dini yang saat ini masih shock dengan benda yang baru saja mendarat di pipinya. Apakah Dimas tahu jika saat ini Dini bahkan masih mencoba berdiri dari kakinya yang ia rasa sudah tak bertulang lagi.
~
Entah memang memiliki jiwa keibuan, atau memang Dini yang sejak merawat Aruna dan Arjuna ia jadi senang mencoba masakan-masakan baru. Jika orang yang sudah mengenal Dini sejak lama, mereka akan tahu seberapa alerginya Dini dengan dapur. Kemampuan masaknya hanya sebatas memasak mie instan dan nasi. Itu pun menggunakan rice cooker. Saat ini ia sedang berada di supermarket seorang diri berbelanja stock untuk makanan Aruna dan Arjuna nanti. Tak lupa juga ia membelikan cemilan kesukaan dua anak itu. Merasa trolley belanjanya sudah cukup penuh, Dini menuju kasir untuk membayar semuanya. Ia melihat satu kartu hitam yang sangat tidak mungkin itu miliknya. Ya, Dimas memberi kartu itu untuk Dini gunakan belanja apapun termasuk kebutuhan Aruna dan Arjuna. Namun memang dasarnya kepala wanita ini terbuat dari batu, dan egonya sebagai wanita karir, tak pernah sedikitpun Dini menggunakan kartu itu. Walaupun dirinya membeli kebutuhan untuk Aruna dan Arjuna. Sejak sebulan lalu diberikan, tak pernah ia gunakan sama sekali.
Dirinya saat ini sedang berada di perjalanan menggunakan taksi online menuju rumah Dimas. Sejak kejadian Dimas mencium pipinya, Dini berusaha menghindari pria itu. Bahkan ia mengganti nama kontak Dimas di ponselnya menjadi “Jangan di respon”. Ia juga sempat mengirim ultimatum untuk Dimas agar berhenti menghubunginya jika tidak berurusan dengan Aruna dan Arjuna. Namun pria itu memang suka sekali membuat dan melihat Dini emosi. Entah menurutnya seru saja. Seperti saat ini, Dini justru lebih memilih mengabari Ibu Sri, salah satu asisten rumah tangga dirumah Dimas, jika dirinya ingin kesana. Karena memang kedua orangtua Dimas tidak menetap disana. Mungkin dulu sering mereka tinggal disana, namun sejak ada Dini mereka datang hanya untuk berkunjung.
“Assalamualaikum bibi.” Sapa Dini saat pintu rumah Dimas sudah terbuka dan ibu Sri yang lumayan terkejut melihat belanjaan Dini.
“Waalaikumsalam, ya ampun non ini belanjaannya banyak banget. Sini bibi bantu.” Keduanya lalu menuju dapur dan merapikan stok di dalam lemari es.
“Non ini mah sama aja belanja bulanan rumah ini non. Bibi jadi gak enak, harusnya bibi yang belanja kan.” Ucap bu Sri setelah keduanya selesai.
“Santai bi hehe. Ini rata-rata buat Aruna sama Arjuna kok. Kalo aku lagi lembur terus, usahain mereka makan sayur ya bi setiap hari.” Balas Dini.
“Siap non, anak-anak semenjak non ajarin makan sayur jadi lahap banget sekarang makan. Apalagi den Juna, ya Allah jadi gembul gitu gemesin.” Ucap bu Sri.
Disaat keduanya sedang asik tertawa dan berbincang tiba-tiba muncul ibu Dimas dari belakang Dini.
“Eh ada Dini.”
“Assalamualaikum tante.” Ucap Dini kemudian mencium punggung tangan ibu Dimas.
“Waalaikumsalam nak. Ini kamu habis belanja?” Tanya ibu Dimas.
“Iya tan, buat stok Aruna dan Juna. Sama pengen masak juga disini hehe.” Jawab Dini.
“Papanya anak-anak engga? Cuma Aruna sama Juna aja?” Goda ibu Dini yang hanya di balas senyuman.
“Emang buah jatoh gak jauh dari pohonnya ya.” Batin Dini yang ia tujukan untuk Dimas dan ibunya. Suka sekali menguji kesabarannya yang setipis tisu ini.
“Ya ampun Dini, ini kamu semua yang beli sama atur di kulkas?” Tanya ibu Dimas kembali.
“Iya tante, tadi di bantu bibi kok atur di kulkas. Biar gampang nanti kalo mau masak.” Jawab Dini.
“Duh kamu minat gak ya sama Dimas walaupun udah om-om gitu tapi masih ganteng anak tante tau.” Ujar ibu Dimas dan kembali Dini hanya membalas dengan senyuman.
Ya tuhan, Dini sudah tak tahu ingin membalas dengan kata-kata apa lagi.
Dimas memutuskan untuk pulang cepat hari ini karena mendengar kabar dari sang ibu jika Dini sedang di rumah. Tidak salah bukan jika Dimas merasa wanita itu menghindarinya. Namun bagaimanapun Dini menghindar, Dimas masih bisa menjangkaunya.
Saat masuk ke dalam rumah matanya menangkap Arjuna yang sedang berada di baby walkernya dan Aruna di pangkuan Dini dan menghadap wanita itu. Dini juga tengah menyuapi keduanya cemilan.
“Assalamualaikum papa.” Seru Aruna saat melihat papanya masuk.