Di teras halaman belakang rumah Dimas, dua orang dewasa dan satu anak kecil sedang duduk disana. Aruna yang masih setia di pangkuan Dini sambil memeluk erat wanita itu. Ia sedih, ibunya tidak salah apa-apa namun di marahi depan banyak orang.
“Mama gak apa-apa Aruna. It’s okay. Kita gak bisa paksa orang untuk selalu suka sama kita.” Ucap Dini sambil mengelus rambut Aruna dengan lembut. Namun anak itu hanya diam terisak. Ia belajar dari Dini bagaimana mengontrol emosinya. Sedikit ada rasa penyesalan karena tadi sudah berteriak pada adik dari neneknya. Aruna ingat jelas bagaimana Dini selalu mengajarinya untuk sabar menghadapi suatu hal yang tidak baik dan terjadi dalam hidup.
“You’re such a good mother Din.” Terdengar suara Rizky disamping Dini. Ya, Rizky yang membawa mereka ke halaman belakang rumah Dimas sedari tadi duduk di samping Dini. Menatap bagaimana wanita itu menenangkan Aruna. Padahal seharusnya ia yang di tenangkan emosinya karena perkataan tante dari Dimas tadi.
“Iya nih dok, tinggal cari good father-nya aja hahaha.” Balas Dini diiringi dengan tawanya.
“Sesantai itu nih cewe. Dimas mau gak ya? Kalo engga mending buat gue Dim.” Batin Rizky.
“Kenapa gak marah?” Tanya Rizky.
“Buang-buang tenaga sama cape mulut dok. Skincare mahal sekarang, saya gak mau banyak keluar uang buat skincare gara-gata kerutan dimana-mana.” Jawab Dini dengan santai.
“Oh god, asli nih cewe menarik banget.” Batin Rizky lagi.
Baru saja ingin membalas perkataan Dini, kehadiran Dimas membuat Rizky mengurungkan niatnya.
“Kamu mau ke suatu tempat?” Tanya Dimas pada Dini.
Dini menatap Dimas lama kemudian melihat Aruna di pangkuannya. “Aruna nangis.” Ucap Dini tanpa bersuara. Dimas juga melihat Aruna yang terus memeluk Dini.
“Aruna sayang, mau jalan-jalan sama papa mama? Sama adek juga?” Ujar Dimas mengambil duduk di samping kanan Dini.
Tak membalas pertanyaan Dimas, Aruna hanya mengangguk. Lantas Dimas membuka jas yang ia gunakan untuk memasangkannya di pundak Dini.
“Ayo Dini, saya ambil Arjuna dulu. Kamu bawa Aruna aja ke mobil saya.” Ucap Dimas.
“Terus lo ninggalin gue gitu aja Dim?” Rizky menatap Dimas tak percaya.
“Makasi udah jagain mereka Ky.” Hanya itu yang Dimas ucapkan lalu menarik Dini ikut dengannya.
Jika tak mengenal kata sahabat mungkin Rizky akan membuat perhitungan pada Dimas.
“Jangan salahin gue kalo calon ibu anak-anak lo gue ambil Dim.”
~
Dini tak menyangka jalan-jalan yang di maksud Dimas adalah pergi ke apartemen laki-laki itu. Bahkan dirinya baru tahu jika Dimas memiliki apartemen pribadi. Ia hanya heran padahal sudah memiliki rumah, kenapa memiliki apartemen pribadi juga.
“Orang kaya hartanya dimana-mana ya.” Batin Dini.
“Saya beli ini selain buat investasi, buat tempat saya kabur juga. Saya kalo cape pasti kesini.” Seakan tahu apa yang Dini pikirkan, Dimas berucap sambil membuka pintu apartmentnya.
“Maaf jadinya bawa kalian kesini. Anak-anak tidur. Saya gak mau bawa pulang kerumah dulu kalo masih ada nenek sihir itu.” Ucap Dimas kembali dan tentu Dini tahu siapa yang dimaksud dengan nenek sihir.
“Iya pak gak apa-apa. Ini Aruna mau di kamar yang mana pak?” Tanya Dini dengan Aruna di gendongannya.
“Sini.” Ajak Dimas yang juga tengah menggendong Arjuna masuk ke salah satu kamar.
Begitu pintu terbuka, semerbak wangi khas dari laki-laki ini tercium. Dimas ini duda yang terjaga sekali segala sesuatunya.
“Kamu belum makan malam. Mau saya masakin atau kita pesan online saja?” Tanya Dimas.
“Emang bapak bisa masak?” Tanya Dini.
“Bisa. Kamu mau makan apa?” Tanya balik Dimas.
“Yang cepet aja deh pak. Mie instan juga gak apa-apa. Buat ganjel perut saya aja.” Jawab Dini.
“Engga. Makanan yang lain. Jangan mie instan. Gak bagus.” Ujar Dimas dengan tegas.
“Yang cepet cuma itu pak. Bapak gak kepikiran buat masak gudeg atau nasi kebuli kan? Keburu maag saya kambuh.” Balas Dini.
Dimas hanya diam menatap Dini yang mengomel karena tak di izinkan makan mie instan. Yang Dimas tahu dari ibu Dini, wanita ini bisa seminggu 4x makan mie instan tengah malam.
“Bapak mau makan apaan emangnya?” Tanya Dini yang berpikir ia ikut saja apa yang akan Dimas masak dan makan.