Weekend ini Dini kembali izin pada Dimas jika ia ingin menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Mereka memutuskan akan pesta BBQ malam ini di rumah Nico. Karena lusa pria itu akan berangkat ke London sekitar setengah tahun untuk mengurus proyeknya disana. Kini keempatnya sedang berada di supermarket untuk belanja bahan-bahan nanti malam. Sebenarnya Dini ingin mengajak Dimas nanti malam, namun karena tak enak pada Adit yang statusnya masih sendiri, ia memutuskan untuk menemani Adit saja. Karena Nico dan Ita membawa pasangan mereka masing-masing.
Saat sedang memilih daging, suara seorang wanita menginterupsi mereka.
“Ah jadi ini yang katanya paling disayang sama anak-anak saya? Kamu pakai foya-foya uang dari Dimas dan malah pergi sama pacar kamu ini.” Ya itu suara Alissa yang kebetulan sedang berada di supermarket yang sama.
Dini hanya tersenyum mendengar perkataan Alissa, ia lelah sebenarnya. Tak ingin ribut akan hal-hal kecil di depan umum.
“Sudah?” Hanya satu kata itu yang Dini keluarkan. Namun Alissa menatapnya dengan kerutan di keningnya.
“Kalau sudah saya permisi.” Ucap Dini kembali lalu ingin beranjak pergi namun lengannya di tahan oleh Alissa.
“Sudah berapa laki-laki tertipu sama kamu hah? Lepasin Dimas, saya mau sama anak-anak saya dan tentu suami saya.”
“Suami? Dimata hukum maupun agama, anda bukan lagi istri sah Dimas. Kemarin apa anda lupa, saya bilang silahkan jika ingin bertemu dengan anak-anak. Dengan syarat harus dapat izin dan tentu saja atas kemauan anak-anak.” Balas Dini.
Ketiga teman Dini yang lainnya hanya bisa menonton. Tanpa di tanya pun mereka tahu siapa wanita yang sedang berbicara dengan Dini ini.
Alissa mengeraskan rahangnya seperti sudah siap meneriaki Dini saat ini juga. Namun tak lama ia melihat seorang pria memeluk Dini dari samping dan mengecup pipi wanita itu.
“Sayang maaf aku telat. Kamu masih belanja kan? Apa lagi yang kurang?” Ternyata Dimas lah yang muncul sambil tersenyum lembut pada Dini.
“Masih kok. Aku kan bilang nanti malem aja mas. Kok nyamperin sekarang?” Ucap Dini dengan nada manja dan merubah panggilan Dimas dari Pak menjadi Mas. Ia bahkan memeluk Dimas di depan semuanya. Sejujurnya Dini juga cukup kaget akan kehadiran Dimas. Ia tak tahu laki-laki itu juga ada disini.
“Mas gak mau kamu cape bawa barang nanti.” Jawab Dimas sambil sesekali mengelus kedua sisi kepala Dini dengan dua tangannya.
Jangan lewatkan ketiga teman Dini yang sangat terkejut melihat interaksi Dini dan Dimas. Wajar saja karena memang Dini belum menceritakan pada mereka perkembangan hubungan keduanya.
“Oh ada orang. Urusan anda dan calon istri saya sudah selesai?” Tanya Dimas yang seakan baru menyadari kehadiran Alissa disana.
“Brengsek kamu Dim.” Ucap Alissa lalu pergi begitu saja.
“Kamu gak apa-apa? Dia ngomong apa aja sama kamu?” Tanya Dimas pada Dini selepas Alissa pergi.
“Aman kok. Biasa aneh-aneh. Gak mau peduli ah.” Jawab Dini santai.
“Kalo dia apa-apain kamu bilang sama aku ya.” Ujar Dimas.
“Permisi, ini kita tembus pandang apa gimana ya?” Adit berucap setelah drama percintaan yang baru saja ia lihat.
“Eh Adit, maapin.” Jawab Dini mencolek dagu temannya itu.
“Pak nanti malem aku mau BBQ di rumah Nico ya. Oh iya bapak kesini sendiri?” Tanya Dini pada Dimas.
“Itu sama anak-anak. Mereka mau jajan, gak sengaja aku liat kamu sama perempuan tadi.” Jawab Dimas menunjuk Aruna dan Arjuna sedang bersama pengasuh mereka.
“Pak mau ikut gak ntar malem? Bawa Aruna sama Arjuna tapi ya. Lumayan buat nemenin hehe.” Melihat Aruna, Adit kembali bersemangat.
“Anak saya masih kecil Adit.” Ucap Dimas dan membuat yang lain tertawa puas. Akhirnya Dimas sendiri yang memberikan peringatan secara halus pada Adit.
“Ini bapak lebih percaya mereka dibanding saya? Astaga pak, otak saya juga masih berfungsi normal. Saya demen aja gangguin Aruna, gak kaya di pikiran mereka nih.” Gerutu Adit yang selalu jadi korban ledekan oleh yang lain.
“Mama.” Aruna berlari pelan ke arah Dini dan langsung memeluk wanita itu.
“Halo sayang. Ketemu kita hari ini.” Ucap Dini lalu mencium pipi Aruna.
“Mama sama om genit lagi?” Tanya Aruna saat melihat Adit.
“Ya Allah ya tuhanku Arunaa, om gak genit sayang.” Jawab Adit karena selalu di panggil om genit oleh Aruna.
“Aruna, nanti malem mau ikut gak? Kita makan-makan.” Ajak Ita dan Nico.
“Boleh om, tante, Aruna mau ikut yah.” Jawab Aruna dengan senang.
Dimas memerintah pengasuh kedua anaknya untuk pulang saja. Kini Arjuna berada di gendongan Nico, entah kenapa mereka berdua langsung cepat akrab. Dan Aruna yang berpegangan dengan Ita sesekali mengajak Ita mengobrol banyak hal. Tentu saja Dimas dan Dini yang jalan juga berpegangan tangan. Hanya Adit disini yang tak punya gandengan. Ia merasa di musuhi. Dan berakhir menggandeng tangan kanan Dini yang menganggur.
“Dit.” Ucap Dini dengan pelan. Ia hanya memberikan tatapan Adit untuk tidak cari masalah dengan Dimas.
“Pak cuma saya loh yang gak ada pasangan. Curang, gak boleh itu.” Kata Adit pada Dimas yang ikut melihat tangan Dini digenggam Adit.
Tak lama muncul seorang wanita berambut sebahu dan laki-laki yang sebenarnya sudah masuk ke standar tinggi laki-laki pada umumnya. Namun memang Adit, Nico dan Dimas tutusan titan, ketiganya memiliki tinggi rata-rata 185cm semua.