One Fine Day (Become Mama)

Arinaa
Chapter #26

XXVI

Seorang wanita berjalan di koridor sekolah dengan suara ketukan heels, menggunakan celana brown wide leg trousers, dan kemeja tanpa lengan berwarna hitam menuju ke ruang kepala sekolah. Ruangan yang ia tuju sejak awal. Dirinya memutuskan untuk pulang lebih cepat dari kerjaannya karena mendapatkan telepon dari pihak sekolah jika ada masalah dengan putrinya.

Ya, ayah anak itu memberikan kontak wanita tersebut sebagai orangtua anaknya.

“Permisi.” Sapanya dengan sopan walaupun pintu ruangan kepala sekolah itu sudah terbuka dan terlihat 4 orang anak kecil dan 6 orang orang dewasa yang terdiri dari kepala sekolah, guru bimbingan konseling, wali kelas anak-anak tersebut, dan tiga orang ibu yang bisa ia pastikan itu adalah orangtua dari ketiga anak yang lain.

“Dengan Ibu Andinia?” Tanya wali kelas memastikan karena wanita yang berdiri di depannya ini tak terlihat jika sudah memiliki anak.

“Mama.” Aruna, anak kecil yang berada disana langsung berlari memeluk Dini sambil menangis.

“Betul bu, saya dengan Andinia orangtua dari Aruna.” Jawab Dini dengan sopan sambil tetap menyambut pelukan Aruna yang menangis di pelukannya.

“Tolong ya bu anaknya di didik. Anak saya bajunya jadi kotor karena ulah anak ibu yang setiap hari bully anak saya.” Ucap salah satunya.

“Iya bener jeng aku setuju. Aruna ini kaya kurang didikan dari orangtuanya. Ibu ini bener ibunya apa kakaknya Aruna? Aruna ini gak punya ibu.” Ucap satunya lagi.

“Keluarin aja deh Bu Kepala Sekolah. Murid udah sering banget nyelakain yang lainnya itu racun. Harus di keluarin biar gak ada korban lain.”

Dini diam dengan elegan mendengar celotehan ibu-ibu didepannya ini. Ia sudah bisa menebak dimana titik permasalahannya. Pantas saja sebulan ini Aruna malas ke sekolah.

“Boleh sekarang saya yang bicara?” Tanya Dini dengan berusaha sopan. Padahal jika mengikuti egonya, ingin tangan mulusnya ini meninju ketiga ibu-ibu yang ada di depannya.

“Silahkan bu.” Jawab kepala sekolah karena entah ia merasa aura Dini mengintimidasi sekali.

“Aruna sayang, boleh mama dengar dari kamu dulu ini ada apa sayang?” Tanya Dini pada Aruna yang duduk menunduk disamping Dini dengan rasa takut.

“Mereka duluan yang iseng mama. Aruna selalu dikatain gak punya mama. Aruna kan punya mama Andinia. Mereka bilang Aruna di buang mama Aruna.” Jelas Aruna sambil terisak. Dini mengangguk setelah mendengarkan penjelasan dari Aruna. Ia lalu berdiri dan menghampiri ketiga anak yang sedari tadi hanya diam saja.

“Adek-adek, sekarang tante boleh dengar cerita dari kalian?” Tanya Dini kelewat lembut. Guru BK yang berada disana cukup terkejut karena Dini tak terpancing emosi sama sekali.

“Ngapain kamu nanya-nanya anak saya? Mau ngancem hah?” Sulut salah satu orangtua anak tersebut dan langsung di tenangkan oleh guru BK.

“Ibu bisa sabar? Ada saya tanya ke anak ibu dengan paksaan? Saya juga mau dengar dari sisi anak-anak ibu. Bukan hanya anak saya saja.” Balas Dini dengan wajah datar lalu saat menoleh ke anak-anak kembali mengeluarkan wajah ramahnya.

“Aruna memang tidak punya mama kan tante. Tante ini pasti bukan mamanya Aruna. Karena kita dengar mama Aruna pergi tidak suka dengan Aruna. Tante ini hanya simpanan.” Ucap salah satu anak tersebut dan membuat Dini sedikit membolakan matanya.

“Dengar dari siapa sayang?” Tanya Dini berusaha lagi.

“Kita pernah dengar mama-mama kita kalau lagi ngobrol. Selalu papanya Aruna yang datang ke sekolah. Terus waktu tante datang, mama bilang tante pasti simpanan papanya Aruna. Kita tidak mau bermain sama Aruna karena Aruna tidak punya mama dan ada tante jahat.” Jawab anak yang lain sambil menunjuk Dini sebagai tante jahat yang ia maksud.

Dini menoleh sekilas ke tiga orang ibu-ibu yang ingin sekali Dini lakban mulut mereka satu-satu. Bergosip tak tahu tempat hingga anak mereka yang masih kecil ini mendengar hal yang sepatutnya tak mereka tahu.

“Sayang, tante boleh ngomong? Kalau semisal kalian di posisi Aruna yang kata kalian tidak punya mama. Kalian mau di musuhi?” Tanya Dini dan ketiganya menggelengkan kepala.

“Lalu kenapa kalian musuhi Aruna? Apa Aruna ada pernah jahat sama kalian?” Tanya Dini kembali.

“Tidak tante.” Jawab ketiganya.

“Begini sayang. Semua orang itu sama, tidak ada yang beda. Mungkin sekarang orangtua kalian masih lengkap, tapi tidak tahu suatu saat nanti takdir tuhan berkata lain. Jangan membeda-bedakan orang. Dan tadi kamu bilang kalau tante jahat, sekarang tante ada jahatin kalian?” Ucap Dini dan ketiganya kembali menggelengkan kepalanya.

“Tante maaf, sebenarnya kita yang sering jahatin Aruna duluan. Baru hari ini Aruna balas kita yang bikin baju sekolah aku jadi kotor.” Ucap salah satu anak tersebut.

“Tante minta maaf ya sayang kalau tadi Aruna kelewat emosi dan baju kamu jadi kotor. Aruna sayang sini nak.” Dini memanggil Aruna untuk berdiri di sampingnya.

“Minta maaf dulu sama temennya. Bajunya jadi kotor karena Aruna siram pakai susu cokelat.” Ucap Dini pada Aruna dan anak itu menurut.

“Aruna minta maaf ya Jolene. Tapi kamu jangan jahatin Aruna lagi. Aruna disini cuma mau belajar.” Aruna berkata sambil memberikan jari kelingkingnya.

“Iya Aruna, kita juga minta maaf ya karena udah jahat sama kamu. Mama kamu ternyata baik dan cantik.” Jawab Jolene dengan membalas jari kelingking Aruna.

Keempat anak saling berpelukan dan memaafkan satu sama lain.

“Jolene tunggu sebentar ya, tante baru minta orang tante beliin seragam buat kamu. Nanti ganti ya sayang. Biar gak kotor.” Ucap Dini pada Jolene.

“Baik tante. Terima kasih banyak.” Jawab Jolene dengan senyum mengembang.

Lihat selengkapnya