Semalam suntuk Dini memikirkan penawaran Dimas siang tadi. Ia bahkan juga beribadah malam untuk meminta petunjuk dari tuhannya. Kenapa juga ia hanya meminta waktu satu hari untuk menjawab Dimas.
“Ya Allah, Dini harus gimana? Bingung.” Ucapnya saat sedang merebahkan tubuh di atas ranjang empuknya. Ia juga menutup kedua mata dengan lengannya.
“Gue sayang sama Adimas, apalagi sama anak-anak. Tapi kenapa kaya ada sisi ragu buat iyain nikah sama Dimas. Apa yang bikin ragu? Dimas udah effort banget selama ini.” Ujarnya pada diri sendiri.
“Ayo mata merem dong. Pusing nih.” Ucap Dini yang sejak tadi memaksakan dirinya untuk tidur.
Di lain sisi, Dimas juga ternyata tak bisa tidur. Ia memikirkan apa jawaban Dini nanti. Apa dirinya terlalu terburu-buru atau tidak. Saat makan siang tadi juga ia merasa Dini lebih fokus pada Aruna. Seakan menghindari tatapan atau obrolan yang keluar dari mulut Dimas.
~
“Dim, aku boleh ketemu sama anak-anak?” Satu notifikasi pesan masuk ke ponsel Dimas saat dirinya tengah makan siang di ruangannya. Makan hari ini menurutnya tak ada rasa karena ia beli diluar. Semenjak bertunangan dengan Dini, sesibuk apapun wanita itu, Dini tak pernah absen membuatkan bekal makanan untuk Dimas dan Aruna. Karena kejadian kemarin membuat Dini menjaga jarak darinya.
“Nanti saya tanya anak-anak dulu.” Balas Dimas lalu kembali menaruh ponselnya.
Sore hari Dimas pulang dan mendapati Aruna tengah bermain dan Arjuna yang kini berada di pangkuan kakaknya.
“Tumben cepet pulangnya.” Ucap Asya saat Dimas mendaratkan bokong di samping kakaknya.
“Dini lagi gak kesini kak. Nanti anak-anak nyariin. Makanya pulang cepet.” Jawab Dimas.
“Kenapa lo?” Tanya Asya kembali melihat raut wajah sang adik yang banyak pikiran.
“Alissa chat mau ketemu sama anak-anak.” Jawab Dimas.
“Yauda Dim temuin aja. Sebenci-bencinya lo sama dia, dia tetap ibu kandungnya anak-anak. I mean gue tau dia udah ninggalin kalian gitu aja. Lo batesin aja waktunya.” Balas Asya. Bukannya ia membela mantan adik iparnya itu, tapi dia memikirkan posisi sebagai wanita dan sosok seorang ibu yang pasti sulit jika jauh dari buah hatinya.
“Aruna, Mama Alissa mau ketemu kamu sama adek Juna. Aruna mau?” Tanya Dimas pada sang putri.
“Engga papa. Aruna maunya sama mama Andinia aja.” Jawab Aruna tanpa menoleh sedikitpun.
“Sebentar aja sayang. Abis itu kita pulang terus main sama mama Andinia ya.” Balas Dimas selembut mungkin. Ia tak memaksa sang anak, ia hanya ingin tak di terror lagi oleh chat dari Alissa yang masuk ke ponselnya.
“30 menit aja papa. Aruna gak mau lama-lama.” Jawab Aruna akhirnya mengiyakan.