One Fine Day (Become Mama)

Arinaa
Chapter #28

XXVIII

Tiga hari semenjak kejadian saat itu, tiga hari pula Dimas mencari Dini di tempat kerja hingga rumah wanita itu. Selama itu pula usaha Dimas seakan sia-sia. Ia tak bisa menemukan Dini dimanapun. Dini juga memblokir semua kontak Dimas.

Dimas kini tengah berada di apartmentnya. Ia menghubungi orangtuanya meminta tolong sementara menjaga Aruna dan Arjuna. Seluruh keluarga Dimas juga sudah mengetahui apa yang telah terjadi.

Karena semenjak Dini pergi, Arjuna selalu menangis. Begitu juga Aruna, anak itu lebih banyak diam dengan tatapan kosong. Dimas khawatir dengan kondisi kedua anaknya, namun ia juga sadar diri jika dirinya tak kalah sedih. Bahkan hampir gila hanya karena Dini. Cincin pertunangan mereka yang sempat Dini berikan sebelum memutuskan berpisah, ia jadikan kalung karena besar harapannya jika Dini akan kembali padanya.

“Kamu dimana sayang?” Lirih Dimas berdiri di balkon menatap langit malam tanpa bintang. Dimas bahkan tak merasa jika air matanya mengalir mengingat Dini.

Ia tak tahu harus menggunakan cara apa lagi. Dimas sudah meminta tolong pada sahabat-sahabat Dini. Namun mereka juga tak tahu dimana Dini berada.

..

Di lain tempat, seorang wanita melihat lembar polaroid hasil foto dirinya dan kedua anak kecil berserta seorang pria disana. Senyumnya saat itu bak wanita paling bahagia di muka bumi. Namun saat tersadar akan realita, ia yakin dirinya tak akan pernah jadi bagian dari mereka lagi.

“Aruna, Arjuna, kalian lagi apa sayang? Mama kangen.” Ucap Dini dengan gemetar menahan tangis karena rindu pada kedua anak itu.

Lalu di belakang foto tersebut, ada fotonya dengan Dimas saat lelaki itu mengajaknya jalan-jalan.

“Mas, maafin aku.” Kali ini Dini berucap dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.

Jatuh cinta adalah hal yang ia takuti, ia takut merasakan sakit seperti dulu. Seperti apa yang Dirga tinggalkan untuknya. Itu salah satu alasan setelah Dirga, Dini tak mempunyai kekasih lain. Hingga dirinya bertemu dengan Dimas.

Ia benci sakit hati yang ia rasakan. Menurutnya hidupnya saja sudah membuatnya lelah, ia tak ingin karena rasa sakit hati ini membuat dirinya tak bermanfaat sama sekali.

~

Rizky masuk tanpa mengetuk ke dalam ruangan Dimas. Seminggu tak bertemu, hal pertama yang Rizky lihat adalah sahabatnya kini menjelma jadi mayat hidup. Ia sudah dengar dari Asya. Karena memang wanita itu yang meminta tolong pada Rizky untuk coba mengajak Dimas berbicara. Selain sedih karena melihat kondisi sang adik, ia juga tak tega dengan kondisi kedua keponakannya.

“Sehat Dim?” Ucap Rizky basa basi. Namun tak ada jawaban. Dimas masih sibuk berkutik dengan beberapa dokumen di hadapannya.

“Dim?” Panggil Rizky lagi.

“Lo gak kangen sama anak-anak kalo begini terus? Mereka tetep butuh lo Dim.”

“Gue tau mereka juga butuh Dini. Tapi lo jangan begini. Kasian mereka.”

Saat Rizky menyebut nama Dini, air mata Dimas kembali jatuh. Dirinya kepalang rindu dengan wanita yang entah bagaimana kabarnya.

Rizky menghela nafas pelan saat melihat Dimas. Ia kembali melihat sahabatnya hancur untuk yang kedua kali.

“Gue gak tau harus cari Dini dimana lagi Ky. Gue kangen sama dia.” Isak Dimas.

“Lo pikirin diri lo dulu. Terus anak-anak. Soal Dini, gue coba bantu Dim. Tapi please jangan begini. Gue gak tega liat lo sama anak-anak.” Balas Rizky. Sebelum ke kantor Dimas, diringa menyempatkan datang kerumah Dimas untuk melihat Aruna dan Arjuna.

Dan benar saja, Aruna menjadi pendiam. Arjuna juga tak seceria sebelumnya.

Lihat selengkapnya