Air mata seakan tak ingin berhenti keluar dari matanya. Ia terus menangis sambil memeluk jasad seseorang yang mencuri hatinya akhir-akhir ini.
“Maafin aku mas. Aku minta maaf ninggalin kamu sama anak-anak waktu itu. Jangan pergi mas.” Nada bergetar dengan isakan terdengar dari mulut Dini.
“Aku masih sayang sama kamu mas. Doa aku juga nama kamu terus yang aku sebut. Mas bangun, jangan tinggalin aku.”
Di sekelilingnya beberapa orang hanya terdiam saja. Tak ada yg berani mengganggu Dini yang sedang di landa rasa penyesalan. Begitu juga Dini yang kini fokusnya hanya tertuju pada jasad Dimas. Ia terus memeluk tubuh itu sambil menangis. Dadanya sesak, bahkan pikiran kalutnya ingin ikut dengan Dimas saja.
..
Seseorang baru saja turun dari mobilnya dan terkejut mendapati ada beberapa bendera kuning disana. Ia langsung melangkahkan kakinya dengan cepat karena takut jika seseorang yang ia sayangi meninggalkannya hari ini.
Namun langkahnya terhenti saat melihat beberapa orang sedang duduk sambil menunduk dan seorang wanita yang sedang menangis memeluk tubuh yang di tutupi penuh oleh kain.
“Dini.” Panggil pria itu dan membuat wanita yang sedang menangis sontak menoleh.
Dini yang mendengar namanya dipanggil oleh suara yang amat sangat ia kenali langsung mendongak. Ia tak tahu dirinya sedang bermimpi atau tidak saat ini.
Dini lalu perlahan membuka kain yang menutupi jasad yang ia tangisi sejak tadi untuk memastikan. Setelah terbuka, orang tersebut memasang wajah bersalah.
“Maaf bu, disuruh Dokter Rizky.” Pria yang tak lain tak bukan adalah Rabin meminta maaf pada Dini.
Dini menoleh ke Rizky yang kini sedang menahan tawanya. Tanpa memperdulikan Rizky, Dini langsung bangun dan berlari ke arah pria yang masih berdiri di ambang pintu.
“Mas.” Ucap Dini lalu memeluk Dimas dan kembali menangis lagi.
“Iya sayang, ini mas.” Balas Dimas yang juga memeluk Dini erat seakan tak ingin melepasnya.
“Om Lisky, Aruna udah boleh ke mama sama papa? Dari tadi Aruna tahan mau peluk mama.” Ucap Aruna yang sedari tadi duduk di samping Rizky.
“Boleh sayang. Sana samperin mama sama papa.” Jawab Rizky seraya mengelus surai gadis kecil itu.
Aruna berlari ke arah Dini dan Dimas yang masih berpelukan. Lalu ia memeluk kedua kaki Dini dan Dimas dengan isakan kecilnya.
“Mama, Papa.” Ucap Aruna.
Mendengar suara Aruna, Dini mengendurkan pelukannya lalu menggendong Aruna. Ia tak berhenti mengucapkan kata maaf dan mencium seluruh wajah Aruna.