Seperti janji Aleya saat di Kedai bakso beberapa bulan lalu. Kemarin Aleya mengajak Dean jalan-jalan ke Bogor. Dean sangat senang ketika mendengar kabar itu, tapi harapannya untuk berduaan saja dengan Aleya harus musnah ketika hari ini dia melihat Rudi juga ikut bersama Aleya.
“Gabung ya Dean.” Kata Rudi meminta Izin.
Dean melihat malas ke arah Rudi. “Dasar peganggu.” Katanya pelan.
Semenjak Rudi datang, perhatian Aleya bukan lagi untuk Dean. Dean harus berbagi perhatian Aleya dengan Rudi sekarang. Wajar kan kalau Dean merasa memiliki Aleya? Sebagai teman… iya sebagai teman… Dean mengendalikan diri, dia tidak boleh marah lagi dan meninggalkan Aleya berdua dengan Rudi. Tidak… dia tidak akan rela.
KRL jurusan Bogor kota saat itu sedang ramai. Mereka bertiga harus rela berdiri hingga sampai. Dean mengarahkan Aleya untuk berdiri di depannya. Dengan begitu Dean bisa menjaga Aleya agar tidak berdekatan dengan penumpang lelaki lainnya. Aleya tersenyum kepada Dean atas tindakan yang Dean lakukan.
“Selamat datang di Kota Hujan.” Kata Aleya berteriak senang.
Akhirnya sampai juga. Dia sangat rindu dengan kota masa kecilnya ini. Mereka jalan keluar stasiun. Aleya menuntun Dean dan Rudi berjalan menuju tujuan mereka. Di sebrang jalan, Dean melihat kebun yang di sekelilingnya di beri pagar panjang. Rerumputannya sangat hijau dan ada banyak rusa di sana.
“Ini, Istana Bogor. Kalian lihat kan ada banyak rusa di sini?”
Dean dan Rudi mengangguk bersamaan.
“Katanya rusa ini dulunya cuma ada enam loh, datang langsung dari Nepal. Jadi mereka itu WNA."
Aleya tertawa atas guyonan yang dia buat, sedang Dean dan Rudi saling melirik. Merasa satu pemikiran. Garing.
“Kita bakal masuk ke sini?” Tanya Rudi mengalihkan.
“Engga, kita cuma boleh berinteraksi dengan rusanya dari luar. Lagian istana Bogor itu enggak dibuka untuk umum. Hanya hari-hari tertentu. Mau coba kasih makan?"
Rudi mengangguk. Aleya mendekati penjual wortel. Lalu kembali kepada Rudi dan Dean dengan membawa satu kantung wortol yang sudah dia beli.
Aleya mengambil wortel dan menjulurkan wortelnya hingga menembus pagar pembatas. Tak lama kemudian rusa yang mempunyai tutul di tubuhnya ini berdatangan.
Dean dan Rudi merasa antusias dan mencoba apa yang dilakukan Aleya tadi. Mereka bertiga pun bersenang-senang dengan rusa di sana.
Wortel yang dibeli Aleya habis. Mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Sesekali Dean memotret momen mereka di Bogor dengan kamera miliknya.
“Ada yang mau minum?” Aleya menawarkan minum ketika mereka sudah menemukan tempat duduk.
“Aku.” Kata Rudi sambil mengangkat tangan kanannya.
Aleya memberikan botol minum yang dibelinya tadi ke arah Rudi, tapi Dean menyela, mengambil minuman yang ditujukan bukan untuk dirinya.
Aleya memelototi Dean. “Ih… itu kan buat Rudi.”
Dean tidak memedulikan Aleya. Dengan santai dia membuka tutup botol dan menegak minuman di tanggannya itu.
Destinasi pertama mereka adalah Surya Kencana. Surganya wisata di Kota Bogor. Interior ala negeri China membuat Dean tertarik untuk mengabadikan tempat itu di kameranya. Nuansa merah lebih dominan di sana. Mereka bertiga terus berjalan melewati kerumunan orang yang sedang belanja. Aleya ingin mengajak mereka menikmati bakso polos khas Bogor di jalan Roda.
"Ini bakso yang kamu ceritain itu?" Dean bertanya kepada Aleya.
“Iya. Kamu harus coba. Pasti suka."
“Kamu suka bakso, Ale?” tanya Rudi.
Aleya mengangguk.