Suara musik mengalun lembut membuat Aleya tanpa sadar mengerakan kepalanya dari atas ke bawah mengikuti irama musik yang dia dengar. Dean memperhatikan kejadian itu dari tempatnya berada. Mereka berada di toko buku sekarang. Aleya sedang berburu komik, sedangkan Dean mencari buku-buku kesehatan.
Aleya menghampiri Dean, “Banyak banget komiknya. Aku sampai bingung mau pilih yang mana.“
Dean tidak memperhatikan perkataan Aleya. Dia sedang serius membaca.
“Dean Mahendra.” Kata Aleya sebal.
“Gimana sih pacarnya lagi ngomong juga bukannya didengerin.”
Dean tertawa dalam hati. Aleya memang selalu bisa membuat Dean jadi gemas sendiri. Dean menutup bukunya lalu mencubit hidung Aleya gemas.
“Berisik Aleya.” Aleya tidak peduli. Dean sudah terlanjur membuat Aleya kesal.
“Liat apa sih sampai enggak dengerin omongan aku?”
Dean menunjukkan buku yang dipegangnya kepada Aleya.
Aleya membacanya dengan seksama, “Ilmu kedokteran?”
Dean mengangguk.
Aleya termenung. “Kamu serius mau jadi dokter?”
Dean mengangguk kembali.
“Hah?” Aleya teriak histeris.
Dean menutup mulut Aleya. Aleya menyengir kuda. Dia selalu saja membuat kegaduhan. Dean menarik lengan Aleya. Menuntunya keluar dari toko buku.
“Kita makan dulu. Beli bukunya nanti lagi.” Aleya mengiyakan. Dia pun sudah merasa lapar.
Mereka memilih makanan cepat saji. Aleya menyuruh Dean untuk mencari tempat duduk, sedang dirinya mengantre untuk memesan makanan. Aleya datang dengan membawa piring berisi ayam dan dua gelas soda.
“Kamu mau paha kan Dean?” Dean mengambil makanannya dari nampan. Aleya memang bisa diandalkan. Tanpa harus diberitahu lagi, Aleya sudah hafal apa yang Dean sukai dan Dean tidak sukai. Mereka melahap makanan mereka hingga habis.
Aleya merasa ada perempuan yang sedang menatap Dean. Sudah berkali-kali perempuan itu cari perhatian Dean dengan memaniskan suara dan tawanya. Awas saja ya, kata Aleya dalam hati.
“Kamu pernah dengar cerita tentang sabun ajaib?” Kata Aleya, dia masih memantau perempuan itu, perempuan itu terang-terangan menatap Dean di depan Aleya.
Dean menaruh minumannya yang sedang diminum. “Sabun ajaib?” Dean menggeleng.
“Aku bakal certain buat kamu. Dulu. Di sebuah kerajaan. Ada kabar yang menghebohkan. Konon katanya ada sabun yang bisa buat siapa aja jadi cantik. Banyak orang yang udah membuktikannya. Wanita di sana berlomba-lomba membeli sabun itu. Semakin hari penjual sabun itu semakin meningkatkan harga sabunnya. Banyak yang menyerah karena tidak sanggup beli sabun yang harganya semakin mahal. Tapi banyak juga yang menghalalkan segala cara buat beli sabun itu. Suatu hari, ada pengumuman dari Istana. Pangeran Putra Mahkota berencana mencari seorang gadis untuk dinikahi dan dijadikan permaisuri. Mendengar kabar itu. Sabun ajaib itu jadi diminati lagi oleh para perempuan yang belum menikah. Ada yang menjual rumahnya. Ada yang menjual tanahnya. Ada yang menjual binatang ternaknya, bahkan ada yang mencuri hanya untuk membeli sabun ajaib itu. Mereka ingin tampil cantik di depan pangeran nanti.”
Dean mengamati Aleya. Sepertinya dia baru mengetahui ceritanya ini.
“Terus?”
Aleya melirik perempuan genit itu. Aleya tahu perempuan itu pasti menguping sejak tadi.