One Last Hug

Arum Gandasari NK
Chapter #9

#9

Dean benar-benar merasa bebas ketika melihat kembali teman-teman sekolahnya dahulu. Dia bisa merasakan suasana sekolah. Bertemu dengan teman-teman yang dahulu mengisi waktunya, membuatnya merasa senang campur rindu.

Reuni itu diadakan di sebuah Cafe dekat sekolah Dean dahulu. Ada yang nostalgia, ada yang memamerkan pencapaiannya, ada yang hanya mendengarkan, ada yang berfoto ria. Dean memilih bercengkerama dengan teman-teman kelasnya. Banyak sekali momen yang mereka ciptakan dahulu. Salah satunya momen ketika Firdan, sang ketua kelas yang membuat Hadi menjadi zombi dengan menempelkan tisu toilet ke seluruh tubuh Hadi. Setelah itu Hadi menakut-nakuti semua perempuan di kelas hingga keluar kelas. Apesnya saat Hadi mendatangi kelas sebelah, kakinya tersandung dan jatuh. Sontak saja semua menertawakan Hadi termasuk guru yang mengajar di kelas sebelah. Kenangan itu membuat semuanya terbahak-bahak. Mereka yang sekarang sedang kesulitan dengan hidupnya melupakan hidup mereka dan tertawa lepas bersama kenangan lama, kenangan yang mungkin tidak bisa diulang lagi.

Dean POV

Aku yang sedari tadi menyimak merasa haus dan pergi ke tempat minuman berjejer rapi. Sambil melirik ke sekitar, aku tersenyum, merasa bebanku sedikit terangkat. Cairan berwarna merah masuk ke dalam mulutku, memberikan kepuasan atas haus yang aku rasakan, tapi pergerakanku terhenti ketika aku melihat sosok perempuan yang sangat familier. Aku mendekatinya, namun perempuan itu menghilang. Ketika berbalik, ternyata sosok perempuan itu ada di belakangku.

“Hai Dean!” senyum manis dari perempuan itu membuat aku tanpa sadar ikut tersenyum.

“Aleya?” Aku mendekati Aleya. Lalu meneliti wajah Aleya, tidak ada yang berubah. Perempuan itu tetap Aleya yang kukenal. Aleya sangat cantik menggunakan gaun selutut berwarna biru langit.

Aku tersenyum, “Kamu masih sama.”

Aleya mengangguk, “Kamu kurusan ya.”

Aku tertawa, Aleya selalu tidak suka jika aku terlihat kurus. Dia selalu memaksaku untuk makan lebih banyak.

“Jangan bilang kamu mau traktir aku makan?”

Aleya tertawa kecil, “Boleh.”

Baru saja aku ingin membuka mulut, sebuah panggilan membuatku berpaling dari Aleya.

“YAN!” Aku mencari tahu siapa yang memanggil, ternyata Satria.

“Lama banget lu. Gue kira mati.”

Aku menyatukan alisnya, lalu tersenyum jahil, “Lu kangen sama gua? Baru juga bentar.”

“Idih! Gila lo!” Kata Satria tidak terima, “Yang cewek pada mau foto, cepet.”

“Iya...”

Teringat akan Aleya, Aku menengok ke belakang, Aleya sudah tidak ada di tempat tadi. Aku sedikit kecewa, aku pun melanjutkan langkah mengikuti Satria.

Setelah puas mengambil gambar, satu-persatu peserta reuni malam ini pulang. Aku yang merasa sudah malam, ikut pamit. Di luar Cafe, aku melihat Aleya yang sedang berdiri sendiri. Langsung saja aku mendekati sosok itu.

“Aleya?” Ternyata aku benar, itu Aleya. Aku tersenyum dan bertanya kepada Aleya perihal dengan siapa Aleya pulang.

“Kamu pulang...?”

Aku mengantung kalimat, merasa sedikit takut. “Sama siapa?

Aleya tersenyum. “Sendiri.”

Aku meninju udara ‘yes’

“Kalau gitu bareng aja, ayo.”

Lihat selengkapnya