One person

Zyaafifah_
Chapter #5

BAGIAN 4

Hari ini hari pertama mereka berkumpul sebagai panitia untuk acara bedah buku satu bulan lagi. Seharusnya, mereka sudah berkumpul sejak pagi diaula sekolah. Namun cuaca membuat mereka berhenti untuk berlindung ditengah jalan, tak lanjutkan perjalanan. Bahkan Tyas yang sudah sampai diaula sekolah lebih dulu memutuskan pergi keasrama Jiya lebih dulu. Memilih beristirahat disana dan berangkat bersama sahabatnya.

“Berangkat sekarang aja sih” bujuk Jiya sejak tadi yang diacuhkan Tyas. Berbeda dengan orang lain, Jiya justru sangat menyukai hujan. Berjalan santai dibawah guyuran hujan tak pedulikan dirinya basah kehujanan dan kedinginan. Tak peduli pada saat jam berapa hujan itu datang, Jiya mengharuskan dirinya untuk bermain dengan hujan.

“Jangan Ji! Udah didandanin juga…” Phia sebal. Pasalanya, ia sudah memaksa Jiya untuk memakai baju yang ia pilih sejak hendak berangkat tadi. Kesal dengan sahabatnya yang memilih berpakaian asal untuk pergi rapat panitia.

“Rapatnya disebelah doang kan, lagian kalo gue rapih, nanti banyak yang naksir” jawabnya asal diiringi senyum jahil.

“’Mubazir nih kalo ujannya dibiarin”

“Bentar lagi Ji, yah..?” Tyas memelas. Badannya sudah malas saat bertemu ranjang.

“Yaudah deh, kalo gitu gue duluan aja yah. Ujannya udah kangen banget sama gue. Dah…”

“Good Luck Ji! Pulang-pulang dapet gandengan yah” Phia berteriak cempreng. Disampingnya, Tyas bergegas menyusul menggandeng tangan Jiya. Walau malas, ia lebih memilih menemani Jiya daripada harus berjalan sendirian nantinya menuju aula.

“Nih, gandengaannya” celetuk Jiya memperlihatkan lengan Tyas yang bertaut dengan lengannya.

“Dih! Dasar lesbi’ ledek Phia disusul tawa dari ketiganya.

Berbeda dengan Tyas yang memakai paying disebelahnya, Jiya justru emmbiarkan dirinya terguyur hujan, walaupun memang sudah tak sederas tadi pagi. Tak ada minat untuk menampung paying dengan Tyas.

“Ah! Sial! Gue lupa kalo ada mereka” Jiya mengumpat pelan saat melihat gerombolan laki-laki didepan pintu aula. Bersamaan memandang kearah Jiya yang berjalan santai ditengah hujan. Merasa aneh kemungkinan.

Raut muka Jiya seketika berubah datar. Tak ada lagi jejak senyuman seperti saat iaa bertemu dengan rintikan hujan. Langkahnya sudah malas ketika ia mengingat akan bertemu laki-laki dalam satu bulan kedepan.

“Ji! Buru…” teriak Tyas kencang setelah sampai dipintu aula lebih dulu. Lalu melambaikan tangannya pada beberapa laki-laki yang ia kenal.

“Cantik beneran ternyata” salah satu dari laki-laki itu berbisik ketika Jiya menghampiri Tyas. Walau yang disindir tak bereaksi sedikitpun. Hanya sibuk mengibaskan rambut dan pakaiannya yang basah. Tak pedulikan pandangan-pandangan disekitarnya.

“Jadi basah kan, masa mau rapat malah basah-basahan. Tinggal masuk anginnya aja nih nanti” celoteh Tyas seraya membantu mengelap rambut sahabatnya dengan handuk kecil yang sudah ia siapkan sejak tadi.

Keduanya segera memasuki aula, walau tau Tyas dipanggil oleh salah satu dari gerombolan itu. Tangan Jiya terlalu cepat menarik, mengisyaratkan Tyas untuk tidak bergabung seperti teman perempuannya yang lain. Dan Tyas memahami itu.

Hanya ada beberapa orang didalam aula besar. Dan itupun saling berjauhan. Membuat kelompok tersendiri. Jiya dan Tyas duduk dikursi dengan tertib, tidak asal seperti yang lain. Jiya mengambil novel yang ia titipkan pada Tyas. Membacanya, agar tidak diganggu.

Lihat selengkapnya