One person

Zyaafifah_
Chapter #6

BAGIAN 5

Mendekati hari acara, seluruh panitia kian sibuk dengan tugasnya masing-masing. Selepas sekolah segera berkumpul diaula, berdiskusi. Berbeda saat pertama kali mereka berkumpul yang terlihat hanya bercanda saja. Kini keadaan menjadi serius semakin mendekati harinya. Saling berinteraksi satu sama lain dan menjadi dekat. Keculai Jiya tentunya, yang masih membatasi diri dan hanya berbincang dengan laki-laki ketika terlibat dengan kegiatan acara. Dan tentu saja dengan ekspresi datarnya.

Seperti halnya kini, selepas mereka berkumpul diaula untuk membicarakan dekorasi dan keuangan, Jiya terlihat menolak ketika mereka mengajak untuk berkumpul makan diwarung Bu Minah ketika mereka sudah menyelesaikan tugas setelah langit sudah benar-benar gelap.

“Ji! Ikut gabung yuk!” Iksal menyapa ketika Tyas menghamipiri Jiya. Hanya menatap sekilas, tak berniat menjawab ajakan.

“Gue gak ikut yah, gak ada hubungannya sama acara kan? Gue capek, pengen istirahat” Jiya memberikan jawaban pada Tyas sebelum Tyas kembali menanyakan. Walapun sepenuhnya ia sudah tau jawaban Jiya. Jika ia Phia, mungkin suda dipaksa sahabatnya sejak tadi. Namun Tyas selalu menghargai keputusan sahabatnya.

“Kalo Jiya capek yaudah gak papa. Nanti makanannya biar dititip ke Tyas” Iksal dengan sok akrab mendekati keduanya.

“Yuk Tyas, yang lain udah pada nunggu” imbuhnya kemudian. Keduanya meninggalkan Jiya yang memilih berdiam diri di aula sekolah terlebih dahulu. Menunggu semua orang pergi agar tak disuguhi pertanyaan atau bahkan dipaksa ikut nantinya.

“Bentar lagi hujan nih kayaknya”

ºººº

Brian perlahan mendekati Tyas selepas saling memesan makanan, duduk dibangku kosong disamping Tyas. Berbisik meminta nomor handphone Jiya beralasan untuk keperluan mengenai keuangan dekorasi acara. Meskipun memberikan tatapan curiga, Tyas tetap memberikannya.

“Kalo lo bisa ngobrol ditelfon bareng Jiya selama Satu menit aja, makanan sekarang gue yang traktir” Ucap Tyas percaya diri. Mendengar hal itu Brian merasa tertantang.

Setelah nada panjang, ahirnya suara Jiya terdengar. Brian tersenyum.

“Halo? Ini siapa?”

“Ji! Ini Brian”

“Maaf gak kenal, salah sambung kali”

“eh bentar…” belum sempat Brian menjelaskan, suara nada putus lebih dulu mengakhiri.

“Gimana? Berapa rekornya?” Sindir Tyas

“Sepuluh detik aja gak ada kayaknya” Brian kesal. Namun lagi-lagi ia merasa tertarik dengan Jiya. Seperti gosip yang akhir-akhir ini ia dengar disekolah maupun saat kumpul panitia, Brian justru semakin ingin mengenal Jiya lebih jauh lagi.

“Kak!” Tyas menyapa seseorang setelah menertawai nasib Brian habis-habisan. Melambaikan tangannya kearah laki-laki jangkung yang baru saja masuk warung makan tepat setelah hujan benar-benar membasahi jalan. Prediksi Jiya tentang hujan tidak pernah salah. Wajahnya sangat mirip dengan Tyas. Wajar saja, ia Dhyo. Kakak laki-laki Tyas satu-satunya yang sangat dikenal penghuni sekolah.

“Jiya gak ikut?” tanyanya setelah turut bergabung disamping adiknya.

“Kayak gak kenal Jiya aja lo Kak” komentarnya.

Lihat selengkapnya