One person

Zyaafifah_
Chapter #8

BAGIAN 7

Para panitia mulai bubar setelah menyelesaikan tugas terakhir mereka selepas acara. Tanpa menunggu Iksal memberikan usul untuk berkumpul merayakan kesuksesan acara, Jiya segera kabur dan bersembunyi di toilet.

Setelah merasakan keheningan diaula sekolah. Jiya keluar dari toilet dan menghubungi sahabatnya.

“Iya gue tau, udah gue bilangin ke Iksal kalo lo gak bisa ikut. Tapi ngomong-ngomong…”

“Aw!” Jiya meringis kesakitan saat pergelangan tangannya ditarik seseorang. Memutus pembicaraannya dengan Tyas.

“Lo ngapain sih?” Tanya Jiya kesal dan menatap Brian kasar. Yang ditatap hanya tersenyum ceria.

“Ikutan Lo bolos” jawabnya bercanda.

“Aneh” ucap Jiya ketus. Berjalan pergi meninggalkan Brian.

“Ji! Ikut gue bentar yuk” Brian masih mengekor dibelakang Jiya.

“Kemana? Mau macem-macem lo yah?”

“Makan” Brian menjawab diselingi tawa kecil ketika mendengar suara dari perut Jiya. Padahal tadinya ia hanya ingin mengajaknya pergi saja. Dan kini ia benar-benar menemukan alasan yang pas dan tepat waktu.

“Gue bisa makan sama Phia di asrama. Lo tinggal ketempat panitia kumpul kan?”

“Pertama. Phia gak ada di asrama, dia ikut kumpul bareng Tyas. Kedua, gue udah izin ke sahabat-sahabat lo buat nemenin lo hari ini. Ketiga, Tyas bilang, lo pasti laper banget abis acara” Jawab Brian panjang. Jiya sampai tidak tahu bagaimana harus meresponnya. Kedua sahabatnya benar-benar serius mencoba mendekatkannya dengan Brian.

“Gue bisa makan sendiri kok”

“sama gue lebih cepet nyampenya Ji.” Katanya sembari menunjuk motornya yang terparkir.

“Lagian Phia udah bilang kok, di asrama gak ada makanan berat. Gak bisa bikin lo kenyang. Jadi…”

“Yaudah ayo” Potong Jiya cepat sebelum Brian benar-benar memenuhinya dengan pembicaraan yang panjang.

ºººº

“Padahal bisa cari makanan yang lebih enak dijalan sana” Brian menggerutu ketika Jiya memaksa turun diwarung makan Bu Minah.

“Biar durasinya gak lama sama Lo”

“Bu Minah, biasa yah…” Jiya menyapa pemilik warung ramah. Brian takjub mendengarnya. Untuk pertama kalinya ia mendengar nada yang ramah dari mulut Jiya.

Lihat selengkapnya