One Scary Night

Herman Sim
Chapter #2

Kayu Besar Menghalangi Jalan

Sudah tidak adalagi banyak rumah terlihat, hanya lereng perbukitan hijau dengan pepohonan besar merajai sekitarnya. Beda sebelum pembebasan jalan tol pada November 1999 masih banyak rumah warga. Suara deru mobil sayup terdengar dari jalan tol, karena lereng perbukitan tidak jauh dari jalan tol.

Dulu sebelum ada pembebasan jalan bebas hambatan, masih banyak rumah warga berjejer sekitaran lereng perbukitan. Hamparan hijau sawah dan aneka perkebunan masih menjadi mata pencarian warga dulunya.

Setelah pembebasan lahan pada November 1999, kini hanya sepi terlihat. Sekarang semua hanya ditumbuhi ilalang tinggi dan semak belukar serta pohon besar menjulang tinggi.

Sudah tidak adalagi warga yang masih kerasan tinggal tapi hanya Tari seorang saja. Mungkin Tari masih terlalu berat meninggalkan kenangan rumah yang banyak kenangan manis bersama orang tercinta.

Tari, seorang Ibu yang pernah melahirkan Bimo dan membina rumah tangga bersama almarhum Iskak. Tari kini masih menetap dan hidup sendiri, karena dirinya tidak mau meninggalkan rumah yang sebegitu banyak mengupas kenangan manis.

Rumah semi permanent, sebagain terbuat dari bilah panjang papan kayu, banyak kaca hampir disetiap sudut bangunannya. Masih terlihat asap membumbung tinggi keluar dari celah genteng sisa pembakaran tungku api dari dalam dapur, semakin tinggi terbang terbawa angin.

Banyak pohon tergantung dalam wadah pot sedang hampir menghiasi depan rumah dan banyak juga aneka tanaman menghiasi selasara halaman rumah, walau rumah sudah di kelilingi hijaunya lereng perbukitan.

Pintu terbuka lebar, keluar Tari raut wajahnya tersenyum menyambut senja sebentar lagi akan segera datang, mungkin dirinya sedang tidak enak badan makanya seluruh tubuhnya di pakaikan baju hangat berwarna crem.

Tari berharap ingin sekali anak, cucu dan mantu segera datang. Karena sejak berapa bulan ini dirinya begitu rindu berharap Bimo dengan segudang kesibukanya, jika baru kali ini bisa datang membawa cucu dan menantunya.

Dua matanya memandang kearah lereng perbukitan sebelah kiri, burung sontak berterbangan seakan di kejutkan sesuatu.

Hamparan hijau semak belukar dan ilalang tinggi hanya diam membisu berpayung langit sendu, lihat saja segumpalan awan hitam mulai bermain-main menghalangi cerianya sinar matahari.

Jalanan beralas daun basah hanya cukup untuk satu mobil saja, itu juga jalannya tidak beraspal. Kiri kanannya banyak pohon tinggi berdaun lebat, hanya sinar matahari masuk lewati rerimbunan daun.

Mobil suv berjalan, dua sorot cahaya lampu mobil mulai terlihat samar menerangi jalan. Ada rasa takut dan cemas makin menggelayuti Bimo kemudikan setir mobil. "Ayah benar lewat jalan sini?" tanya Dinar perhatikan kiri luar jalan mulai gelap.

Lihat selengkapnya