One Time

PANA
Chapter #3

Suami Masa Depan Lana

Hana melepas kacamata hitamnya dan langsung menghampiri ruang kerja Lana. "Annyeonghaseo bujang-nim." Hana bahkan sampai membungkuk seolah bertemu dengan bos besar. "Yuk jangan kerja aja yuk. Nanti banyak duit bingung abisinnya."

"Aah annyeonghaseyo. Selamat datang di galeri Lee Dong Kook. Ada yang bisa saya banting?" Lana berdiri dan ikut membungkuk.

"Banting tuh ponsel lu. Bunyi cuma dari klien doang. Gimane dapet jodoh lu." Baru Hana ingin meledakkan tawanya, suara teriakan di belakang tubuhnya membuat Hana terkejut.

"YA!!"

Kkamjjagiya!" Hana terlonjak dan langsung memegang dadanya, “Oppa!!" Ia memukul lengan Dong Kook berkali-kali, benar-benar tidak suka dikerjai seperti ini oleh kakaknya.

Dong Kook menyentil dahi Hana. “Sedang apa kau di sini? Seoga mencarimu, anak tengil."

"Mau ajak Lana pergi melihat apartemen. Oppa kasih izin, kan?" Hana memulai akting memelasnya agar diberikan izin Dong ook.

“Tidak boleh, Lana masih banyak pekerjaan. Kau juga kenapa jam segini sudah berkeliaran keluar kantor?" Dong Kook kali ini tidak akan termakan bualan Hana.

Hana merajuk, keinginannya harus tercapai. Ia menautkan kedua tangannya untuk memulai memohon. "Ayolah, sekali ini saja Lana boleh kerja setengah hari."

Dong Kook menghela napasnya. "Lana-ya, pekerjaanmu sudah selesai?" Dong Kook mengalihkan perhatiannya ke Lana.

“Tentu saja, Oppa." Lana menunjukkan cengirannya yang tak berdosa.

“Pergilah, jangan pulang malam-malam. Hari ini aku melindungimu dari Seoga." Sebelum berlalu, Dong Kook yang jahil, menyempatkan untuk menjitak kepala Hana.

"Doh ingin memaki amat dah sama kakak-kakak gue. Pergi dah yuk. Mumet lama-lama di sini."

"Gas ngeng!" Lana membungkuk pada Dong Kook lalu merangkul Hana.

*

Di dalam mobil, Hana langsung memasukkan lokasi apartemen Mapo Area, Hajeong District ke Naver Maps. “Kepaksa nih gue kudu sewa apartemen segede gaban biar lu sama Shin Hae betah. Kagak kabur kemane-mane." Hana memasang kembali kacamata hitamnya dan menyalakan mesin mobil. "Jangan lupa lipgloss.” Ia membuka laci dasbor mobil, “pilih dah tuh mau yang mana."

"Bajing, dagang lipgloss ape sekarang ni anak?" Lana mencomot satu yang terlihat paling netral, lalu mengoleskannya di bibir. "Haaaahh apateu besaarrr biaya mahaaaalll. Untung dibayariiiiinnnn.” Ia bersenandung sesuka hatinya, kapan lagi merasakan menjadi orang kaya secara gratis.

Hana mendengus kesal. "Tadinya mau sewa satu kamar, tuan besar ngoceh, berisik. Noh, bos lu sama Joong Gi oppa keidean, nyuruh lu sama Shin Hae pindah bareng gue. Baru Seoga oppa setuju. Ditawarin bayar setengahnya. Lah, die enak big bos. Gue yang cuma jadi jongos dia, engap bayar setengahnya juga. Bayangin Lana Kelana, itu apateu sewa sebulannya 11 jutak won (140jt Rupiah)."

Lana terkikik. "Horeeeeee untung gratisaaaaann.." Lana meneruskan nyanyian asalnya. "Eh tapi.. lu ngape tiba-tiba nyuruh gue pake segala lipgloss sih?" Lana menatap sahabatnya penuh curiga.

"Seneng ya luuu. Gak mau tau, masak lu tiap hari sama Shin Hae. By the way, si Shin Hae gue telponin napa gak diangkat dah?" Hana tersenyum licik, “udeh tunggu aje. Bersyukur gue sama Tuhan. Sohib gue jomblo, jadi ada jalan menuju Roma."

"Sibuklaaahhh. Asisten PD-nim gitulooohh." Lana mengibaskan rambutnya. "Awas lu macem-macem, ya! Gue masakin rumput teki baru rasa lu!"

"Lu kabarin si Shin Hae, kalo nih hari gue jadi tanda tangan kontrak. Minggu depan pindahin semua barang kalean ke apateu baru." Hana menepuk pundak Lana. "Lu akan banyak berterima kasih sama gue, Lan." Ia percaya diri rencananya akan berhasil.

"Lapanam kumendaaann." Lana merogoh kantongnya dan segera mengirim pesan singkat pada Shin Hae.

*

Lihat selengkapnya