One Time

PANA
Chapter #4

Makan Malam

Aku menyeka mulutku dengan serbet putih setelah menegak segelas air putih. Na Mi meletakkan pisau dan garpunya di atas piring. Anak perempuanku yang nyaris berusia tujuh tahun ini sedang mencerna semua ceritaku barusan. 

Appa, lalu bagaimana cerita Bulik Lana dan Taekwon samcheon bisa menikah?” Tepat setelah pertanyaan itu meluncur dari bibir mungil Na Mi. Aku melihat dua orang yang menjadi objek pembicaraan, baru akan diarahkan oleh seorang pelayan untuk ke meja mereka. Aku tersenyum senang.

“Panjang umur. Kau tanyakan sendiri pada mereka.” Aku menunjuk ke arah Lana dan Taekwon. 

Na Mi menoleh ke arah tunjukku. “Bulik Lana,  Taecyeon Samcheon, iriwa!!!” Na Mi memekik kegirangan sambil melambaikan tangan.

"Annyeong!" Lana melambai dan berlari kecil sambil menarik Taekwon. 

"Jadwal berkencan kalian hari ini?" Aku tersenyum menyindir saat Lana dan Taekwon mendekat.

Taekwon sengaja merangkul Lana saat menjawab sindiranku.”Tidak, kami berkencan setiap hari. Bukan begitu, Jagi?"

"Ada anak di bawah umur!" Lana menyikut pinggang Taekwon dan bergeser mendekati Na Mi. "Na Mi, jaljinaeseo?"

"Jal jinaesseoyo, Bulik Lana. Bulik, appa baru cerita tentang pertemuanmu dengan Taekwon samcheon. Apa cerita selanjutnya? Taekwon samcheon mengajakmu ke taman bermain? Mengajak makan malam? Masih menjadi badut?" rentetan pertanyaan dikeluarkan oleh Na Mi dengan struktur ucapan yang tertata. Aku meringis mendengarnya, anak ini kupaksa untuk dewasa sebelum waktunya.

Lana menarik bangku di sebelah Na Mi, ia mengelus kepala anakku begitu lembut. "Jadi, cerita apa yang mau kau dengar?”

"Kata appa, Bulik tidak mau dengan Taekwon samcheon saat di restoran. Restoran apa? Kenapa?"

"Eey, bukan tidak mau. Dia bahkan tidak ingat padaku." Taekwon mencibir. "Padahal baru dua hari sebelumnya kami bertukar nomor telepon."

"Ya, kepalaku penuh dengan jadwal meeting Dong Kook oppa! Bagaimana bisa masih ada tempat untuk makhluk sepertimu?" Lana menjulurkan lidahnya.

Na Mi menengahi pertikaian pasangan suami-istri di depannya, “jadi ceritakan padaku." Aku menyandarkan punggung, menggeleng melihat keingintahuan Na Mi. Biarkan untuk satu jam ke depan ini tugas Lana dan Taekwon untuk bercerita.

*

Hana mengetukkan jari-jarinya di atas meja, kesal melihat Lana yang sibuk dengan tablet dan berbagai macam kertas bertumpuk. "Lu gue ajakin kesini buat makan anjer. Sibuk apean sih lu? Mau cerita nih gue."

Lana mengangkat tangan kanannya sekilas, meminta Hana diam. "Ah, anjir kan! Udah dibilangin appointment maksimal h-3! Ngeyel bener jadi orang! Untung banyak duit lu!" Ia mengomel sendiri sambil mengutak-atik tabletnya.

"Ya Tuhannnn tau gitu gue nyari jodoh gue sekarang daripada liatian orang ngomel-ngomel. Shin Hae mana sih?" Hana mengedarkan pandangan mencari sahabatnya yang datang terlambat 10 menit dari waktu janjian. Tiba-tiba ia melihat sesosok manusia sedang celingak celinguk mencari tempat duduk. Mata mereka saling bertemu, ada seulas senyuman kegirangan melihat Hana dan tentu perempuan yang duduk di hadapan Hana. "Lan, lo janjian sama Taekwon?"

"Hah? Siapa?" Lana menatap Hana sekilas sebelum tangannya kembali sibuk dengan tabletnya.

"Taekwon, Ok Taekwon itu lho sohibnya Seoga oppa." Hana memincingkan mata saat melihat Taekwon mulai bergerak mendekat. "Lan, Lan lo janjian? Orangnya kemari noh." Hana memukul punggung tangan Lana berkali-kali.

"Bangsyaaatt!! Sakit anjir!" Lana melotot. "Ok Taekwon yang mane sih?! Gak inget gueee!!"

"Annyeong, Lana, Hana." Taekwon tiba-tiba berdiri di belakang Lana, membuat Lana sedikit terlonjak.

"Ya Oppa!! Kau menguntit ya? Sedang apa di sini? Janjian dengan Lana?" Hana melihat Taekwon dengan mimik wajah sangsi. 

"Eh, annyeonghaseyo." Lana mengangguk sopan. Ia benar-benar tak terlihat mengenali Taekwon.

Taekwon menilik kertas-kertas di hadapan Lana. Sudah jelas ia mengabaikan pertanyaan Hana."Waaa, makan siang pun membawa berkas pekerjaan?"

Lihat selengkapnya