Kejadian kemarin membuat Junwoo tidak tinggal diam. Dibantu oleh asistennya yang sangat cekatan dalam bekerja, dia mencari seseorang yang mengerti permasalahan yang sedang ia hadapi. Tadi pagi sebelum berangkat pergi ke kantornya, ia memastikan kalau hari ini adalah hari Kamis, 5 Juni 2025. Ia sampai menghubungi semua keluarga dan teman-temannya untuk mendukung keyakinannya.
Asisten Junwoo menghubungi setiap profesor dan ilmuwan yang berada di Korea, dia sendiri juga bingung untuk apa bosnya mencari orang yang hobinya mengutak atik tabung di laboratorium. Tapi, daripada ia dipecat hanya karena tidak menuruti kemauan aneh bosnya, lebih baik tangannya pegal dan mulutnya berbusa mencari manusia yang katanya bisa menyelesaikan masalah bosnya.
“Bujang-nim.” Asisten Junwoo ‘mengganggu’ keasikan bosnya yang sedang membolak-balikan kertas dokumen.
Junwoo mengangkat kepalanya melihat asistennya, “sudah ketemu?”
Asisten pribadinya menyodorkan lima kertas ke hadapan Junwoo. “Setelah saya pilah dari 320 ilmuwan yang berada di Korea, saya menemukan lima ilmuwan yang fokus pada bidang fisika ilmiah, matematika terapan, dan sangat terobsesi dengan hal yang berbau sains tentang waktu.”
Junwoo menarik kelima kertas itu, mulai membaca satu persatu profil yang kemungkinan, salah satu di antaranya adalah orang yang sudah mengacaukan waktunya. Ini hanya asumsi Junwoo, tapi dia sangat yakin kejadian kemarin ada campur tangan pihak ketiga.
“Bujang-nim, Anda membutuhkan informasi ini untuk apa? Memang perusahaan kita akan bekerja sama dengan para ilmuwan?” Asistennya dipenuhi rasa ingin tahu. Perusahaan keluarga bosnya ini bergerak di bidang teknologi, apa mungkin akan ada rancangan gila yang akan dibuat oleh bosnya?
Junwoo terlalu sibuk membaca lima lembar kertas di depannya, “jodoh saya lupa sama saya, kemarin saya habis dihina dan disindir. Saya dikira penguntit sama dia.” Junwoo jawab seenaknya.
“Apa? Masa ada yang bisa lupa sama Anda? Tapi kalau bukan jodoh, semua wanita di gedung ini siap dilamar, Bujang-nim.” Asistennya mengekeh, katanya jodoh tapi lupa sama calonnya sendiri.
“Ya, kau itu laki-laki. Keluar, selesaikan pekerjaan yang tertunda, undur semua jadwal pertemuan sampai Senin depan. Saya pergi dulu.” Junwoo mengambil jas yang ia sampirkan di kursi kerjanya. Tidak mau berbasa-basi apalagi menunda untuk bertemu dengan orang-orang aneh ini.