Alea yang sedang duduk menatap pantulan dirinya dicermin meja riasnya. Ia menundukkan kepalanya. Seolah mengharapkan seseorang yang di rindukannya kembali. Tetapi seseorang itu rasanya tidak akan kembali. Setelah merias wajahnya senatural mungkin. Ketika semuanya sudah selesai.
Alea tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara ketukan pintu. "Non Lea. Den Gavin sudah menunggu di ruang tamu" ujar Bi Sumi, pembantu rumah tangga yang bekerja di rumahnya.
"Iya Bi, sebentar lagi" jawab Alea
Alea menghembuskan nafas panjangnya lalu beranjak pergi. Alea keluar dari kamarnya ia menuruni anak tangga. Lalu kembali melangkah menuju ruang tamu. Disana sudah ada Gavin menunggunya sedari tadi. Gavin tersenyum lebar kearahnya ketika mendapati Alea menghampirinya.
"Maaf, lama ya?" tanyanya
Gavin menggelengkan kepalanya, "Enggak kok, ayo" ajaknya yang diangguki Alea
Alea dan Gavin berjalan keluar dari rumah menuju mobil yang terparkir dihalaman rumah. Gavin yang membukakan pintu mobil lalu menyusul di jok kemudi.
Gavin tersenyum menatap Alea duduk disampingnya lalu menanyalakan mesin dan bergegas pergi. Di perjalanan penuh dengan keheningan. Alea masih diam sambil menatap kedepan. Sedangkan Gavin masih fokus menyetir. Hanya alunan musik churly puth yang mengisi keheningan.
Beberapa menit kemudian mobil itu memasuki pekarangan kampus. "Makasih" ucap Alea singkat yang diangguki Gavin
"Le," tahan Gavin "sebentar kerumah ya. Mama cariin. Katanya kangen" Ucap Gavin lembut
Alea hanya mengangguk tersenyum lalu keluar dari mobil. Begitu juga Gavin, dari arah jauh Feby melambaikan tangannya kearah Alea.
"Diantar sama Gavin. Ciyeee, enak banget. Boro-boro Johan begitu. Malahan gue di suruh berangkat sendiri" Oceh Feby yang membuat Alea terkekeh karena ocehannya yang panjang.
"Makin hari, elo sama Gavin makin dekat ya" ujar Feby lagi. Tetapi Alea hanya tersenyum tipis. Sebenarnya Alea masih tidak menyangka bahwa ia dan Gavin akan segera bertunangan. Ia tidak tahu harus bagaimana sekarang. Alea sangat merindukan Juna. Lelaki brandal yang masih mengisi hatinya saat ini.
Alea dan Feby memasuki kelas yang sudah di penuhi oleh mahasiswa. Alea mengambil tempat begitu juga dengan ikut duduk disampingnya.
Seorang Dosen masuk sambil membawa tas tentengannya. Alea masih tetap diam. Dosen itu menjelaskan tentang materi yang di bawakannya. Sedari tadi Alea hanya diam. Tidak memperhatikan apa yang di jelaskan oleh Dosennya. Hingga sebuah panggilan membuyarkan lamunannya.
"Alea," Panggil Pak Jojo
Membuat Alea mendongak, "Iya, ada apa. Pak?" tanya Alea setengah teriak
Semua tertawa hingga Alea menundukkan kepalanya karena malu. "Ada apa, kamu itu memperhatikan bapak, enggak sih?" tanya Pak Jojo
Alea menunduk gugup, "Maaf Pak" ucapnya
Feby mendelik seperti meminta penjelasan tentang apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Alea hanya diam tidak menjawab. Ia hanya menunduk. Feby menghembuskan nafas panjang lalu kembali memperhatikan Dosen yang sedang menjelaskan didepan.
....................................................................................
Jam kelas selesai, Alea dan Feby berada dikantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Alea menunggu Feby yang sedang memesan makanan. Alea hanya diam sambil menatap layar pipi itu. Ia membuka galerinya. Menatap dalam sebuah foto dirinya bersama dengan Juna. Ada senyum terukir diwajah mereka yang bahagia. Alea dan Juna sama-sama mengenaka pakaian seragam putih abu-abu.
Feby yang baru saja datang dengan membawa dua mangkuk mie ayam dan minuman dingin sebagai pelengkapnya.
"Sebenarnya tadi lo kenapa melamun sih. Mikirin Gavin ya?" ucap Feby seperti menggoda
"Sepertinya iya" jawabnya
"Gue bingung, dua minggu lagi gue dan Gavin tunangan. Gue harus bersaing sekarang?" ucapnya berbohong. Sebenarnya Alea memikirkan Juna. Yang tidak pernah ada kabar apapun darinya. Ditambah lagi ia akan segera tunangan dengan Gavin.
"Astaga, Le. Gue kira apaan" ujar Feby memutar bola matanya malas
"Wajar sih, lo deg degan. Secara Gavin adalah cogan terganteng di kampus. Walaupun ia dingin kayak es di kutub utara" jelasnya
Alea terkekeh mendengar penuturan sahabatnya yang terkesan berlebihan. Ia menyeruput minuman dingin itu.
"Emang Gavin es batu. Elo katain dingin. Tega amat" ujarnya sambil tertawa