Only You

Bentang Pustaka
Chapter #3

2

City car merah menyala milik Lexa memasuki pelataran parkir Grand New Hotel, sebuah hotel bintang lima yang letaknya di jantung Kota Surabaya. Gaya arsitektur hotel yang menyerupai kastel megah jelas bukan hotel sembarangan. Di sebelah bangunan utama terdapat restoran. Bangunannya transparan karena dipenuhi dengan dinding kaca. Penerangannya dibuat sedikit remang sehingga memberikan kesan mewah dan elegan. Di dalam sana tampak meja dan kursi ditata sedemikian rapi. Di atas pintu masuk terlihat lampu berwarna-warni membentuk tulisan Grand New Resto.

Tak biasanya Mama menghubungi Lexa dan memintanya datang ke Grand New Resto. Pulang dari butik, Lexa segera menuju tempat itu. Dia merasa aneh dan mencurigakan! Makan malam bukan hal yang sering Lexa lakukan bersama mamanya setelah orangtuanya berpisah. Bahkan mamanya meminta Lexa berdandan sedikit rapi. Karena penasaran, akhirnya Lexa terpaksa datang memenuhi undangan mamanya meskipun sebenarnya dia merasa enggan. Luka itu masih membekas. Luka karena ditinggalkan.

Mobil Lexa telah terparkir. Detik berikutnya pintu mobil terbuka. Terlihat Lexa keluar dari sana, lalu segera mendekati pintu restoran. Di depan pintu restoran dia disambut senyuman dua orang berseragam yang siap membukakan pintu untuknya. Lexa balas tersenyum kepada mereka sebelum memasuki restoran.

Mata Lexa menyapu seluruh ruangan. Ketika melihat wajah mamanya di salah satu meja, raut wajah Lexa berubah. Wajah yang sebelumnya ramah, hangat, dan menyenangkan berubah dingin dengan sorot mata menyimpan dendam dan amarah.

Dengan enggan, Lexa mendekati meja mamanya. Saat jarak mereka semakin dekat, Lexa baru menyadari ternyata mamanya tidak sendiri. Beliau ditemani seorang pria yang tidak Lexa kenal. Bukan papa tirinya, juga bukan saudara tirinya.

“Nah, itu dia Lexa sudah datang,” sambut mamanya dengan hangat.

Lexa hanya memaksakan senyum. Sang mama mengerti ekspresi itu, tapi mencoba tak peduli, beliau tetap bersikap ramah.

“Lexa, dia adalah Galang Andrea,” lanjutnya, memperkenalkan pria yang bersamanya. “Kali ini Mama mohon tolong hilangkan sikap dingin kamu,” bisiknya kemudian.

Galang berdiri sambil mengulurkan tangannya. Dia menatap Lexa penuh kekaguman. Cantik dan elegan, kata hati Galang akan kesan pertamanya tentang Lexa.

Lexa melirik sekilas, lalu menjabat tangan Galang.

“Senang bisa mengenalmu. Mama kamu sudah banyak bercerita tentangmu.” Galang tersenyum hangat, senyuman manis yang membuat wanita mana pun meleleh dibuatnya. Sepasang mata teduh Galang menatap Lexa hangat. Jika melihat sekilas penampilan Galang, sepertinya dia mapan. Tampak dari jas bermerek yang dikenakannya. Sebenarnya paras wajahnya yang tampan, tenang, dan berwibawa mampu menghipnotis. Sayangnya, tidak untuk Lexa.

“Tapi, Mama tidak pernah membicarakanmu,” balas Lexa singkat dan agak judes.

Senyum manis Galang yang dia tebar, luntur seketika.

Lexa bukanlah tipe wanita yang dingin. Pertemuan dengan mamanyalah yang membuat Lexa bad mood. Jika tanpa kehadiran mamanya di sini, mungkin suasana hatinya tak akan seburuk ini.

Lihat selengkapnya