Onyx Eye

Chrystal Calista
Chapter #6

PINTU

Kami menghabiskan waktu mengobrol, melakukan apa saja berdua sampai sore menjelang malam. Nania betul-betul tak ingin jauh dariku.

Kini gadis itu berjongkok dekat tempatku bertukang. Aku sedang membetulkan daun pintu kamar yang rusak.

Kuceritakan pada Nania kejadian yang menyebabkan pintu kayu bisa rusak sampai terlepas. Ayahku yang menendangnya ketika dia marah pada Nenek dua minggu yang lalu.

Aku juga memberitahu Nania detail insiden lengkapnya karena itu ada hubungannya dengan kalung Onyx yang dibeli gadis itu. Orang yang menjual kalung Onyx pada Nania adalah ayahku.

Meski berat, kuakui memang benar bahwa Papa adalah seorang penjual barang antik yang sering 'menipu' pelanggannya. Harga barang yang terpajang di website milik Papa sengaja dipatok setinggi-tingginya, berharap ada orang awam seperti Nania yang terjerat.

Nania menjadi sangat geram setelah kubeberkan padanya mengenai perangai buruk Papa.

Papa selalu kekurangan uang. Tak ada yang mau membantunya kala meminjam uang sana-sini untuk membayar utangnya. Dua minggu lalu dia ke rumah Nenek, membujuk Nenek untuk memberinya uang sejumlah yang dibutuhkan tetapi tak berhasil. 

Papa mengamuk. Menendang pintu, merusuh, bahkan memaki Nenek dengan kasar. Saat kejadian itu, anjing kesayangan Nenek yang bernama Didi menyalak kencang-kencang dan hampir menggigit Papa. 

Melampiaskan kekesalan dan kebrutalannya lebih jauh, Papa menyerang Didi. Anjing yang malang. Dia mati dipukuli.

Nenek menangis histeris, dengan sisa tenaga dan dalam keadaan shock keluar memanggil tetangga. Papa langsung kabur setelah melakukan tindakan keji itu.

Dia pergi membawa kalung Onyx yang tadinya melingkar di leher Didi.

Setelah Nenek menceritakan semuanya padaku, aku sangat kecewa dan marah. Bukan hanya pada Papa tapi juga pada Nenek. Pasalnya, Nenek tak langsung bercerita segera setelah kejadian itu. 

Nenek meneleponku setelah kejadiannya lewat sepuluh hari, setelah ia merasa tak sanggup memendam kegundahannya sendirian. Nenek bahkan melarangku memberitahu Mama. Lagipula Mama dan Papa sudah bercerai. Nenek tak ingin Mama jadi ikut susah padahal kesehatan beliau sendiri sudah menurun gara-gara terlalu banyak pikiran. Aku memang paling dekat dengan Nenek, maka aku memutuskan untuk menginap di rumahnya dan menemani wanita tua kesayanganku itu sampai kesehatannya membaik.

Yang paling aku sesalkan adalah aku terlanjur membantu Papa mengantar kalung Onyx yang dijualnya pada seorang pembeli -- yang tak lain adalah Nania -- sementara aku tak tahu apa-apa tentang perlakuan ayah ke Nenek dan Didi.

Ketika Nania sadar harga kalung yang dibelinya ternyata terlampau mahal, Nania menghubungiku dan marah-marah minta uangnya dikembalikan. Papa sudah menghilang, belum bisa dihubungi sampai sekarang. Aku yang terjebak dalam semua keadaan buruknya. 

Ah, sudahlah. Asalkan sekarang aku bisa menjaga Nenek dan sudah mengembalikan uang Nania, aku cukup tenang.

Lihat selengkapnya