Lusi dan Elvi dua teman gue yang masih setia menunggu gue untuk mengisi formulir pendaftaran. Semua data sudah gue isi, ada pertanyaan yang membuat gue bingung untuk menjawab.
Muka gue sudah mulai manyun, sudah ada beberapa garis kerutan di kening gue.
Lusi membungkuk melihat ekspresi gue yang sudah seperti anak tk menahan pipis.
"Napa? Aman kan?" Lusi sang mamusia sok tahu mulai mengintrogasi gue.
"Kurang aman sepertinya itu, Si. Hahaha ... tolong dong loe bantu teman loe yang satu ini, masih dilema dia menentukan jurusan apa yang mau di ambil." Si Elvi nyelip seperti tukang ojek di pengkolan.
"Hahaha...mending nih formulir loe bawa dulu pulang, jadi loe punya banyak waktu buat berfikir mau nentuin jurusan apa?"
"Memang nih formulir boleh gue pinjam gitu?"
"Boleh, asalah loe jangan lupa balikinnya ntar. Kalau di rumah loe biaa nanya-nanya dulu sama kakak loe mau nentuin jurusan yang mana."
Gue mengangguk, berusaha mencerna masukkan dari Lusi. Rasanya menentukan jurusan sekolah bikin perut gue mules. Tidak semudah yang gue banyangkan ternyata.
Jadilah ntuh formulir gue bawa pulang, karna masa penutupan pengumpulan formulir masih ada beberapa hari lagi.
Dan kakak gue sepertinua setuju kalau formulir ini gue pinjam dulu.
Malamnya gue mau lanjutin tuh isi formulirnya, sambil baca-baca semua jurusan yang tertera di kertas yang mulai tidak rapi itu karena sering gue bolak balik.
Di sana banyak tertera jurusan yang bisa gue ambil, baik itu jurusan Tata Boga, Tata busana, Bagian Administrasi, Akuntansi, Manajemen, Sekretaris, Perbankan, Perhotelan dan masih banyak jurusan yang lain, yang beberapa di antaranya gue lupa jurusan apa.
Dalam sebanyak jurusan yang tertera gue tertarik bagian sekretaris dan perbankan. Secara gue bakal bayangin kerja di kantoran dengan pakaian dinas, pakai high heel tinggi. Ruangan ber ac, tidak kena cahaya matahari, banyangin kulit gue yang makin glowing kalau kerja di ruangan ber ac.
Ahh tapi gue kurang paham, soal jurusan sekolah di sini, apa benar pas tamat sekolah bakal langsung kerja di kantoran?
Akhirnya gue putusin bawa map bewarna merah itu pulang bersama gue. Dan ante gue sedari tadi nungguin gue di tempat parkiran, gue ajak pulang.
"Gimana? Sudah selesai mendaftar?" Ante gue melonggok melihat gue yang berdiri di depannya.
"Belum." Gue duduk di sampingnya, gue serahkan map merah itu kepadanya.
"Lah ini kenapa masih di bawa? Kenapa tidak di serahkan langsung ke panitianya?"
Gue masih diam tak menjawab, gue tau nanti ante gue bakal ketawa kalau gue dilema menentukan pilihan hidup. Ahh hidup memang selalu di hadapkan dengan pilihan.