Asap tumisan bumbu halus menguar dari wajan yang banyak kerak angus di bawahnya. Aromanya memantik hidung untuk bersin. Kata Ibu itu tanda kebanyakan bawang merah. Namun, memasak dengan bumbu sedikit tak akan menghasilkan masakan yang lezat.
Tangan keriput itu mengaduk-aduk bumbu yang ditumisnya dengan sedikit minyak tadi. Tujuannya agar minyak tak mengambang di permukaan kuah santannya. Ibu selalu detail dalam memasak. Racikan bumbu di setiap masakannya menggunakan perbandingan yang pas. Ibu seperti hafal ukuran bumbu agar masakan bisa lezat. Ibu akan tahu kalau salah satu bumbu tidak ada di dalamnya. Ibu juga selalu menggunakan bahan bumbu dengan kualitas baik. Tidak ada bumbu di rak dapurnya yang busuk biarpun hanya sebagian. Menurutnya, enaknya masakan karena bumbu yang berkualitas baik, maka masakannya juga terbaik.
Daun-daun pelengkap seperti: daun jeruk, daun salam, dan sereh dilemparnya ke dalam kuali. Kembali tangannya mengaduk tumisan. Aromanya makin lengkap. Tak berapa lama tangannya memegang mangkuk berisi santan encer. Terlihat warnanya yang tak seputih santan perasan pertama. Jangan pernah meminta Ibu menggunakan santan kemasan. Ibu akan menolak keras. Tangan-tangan tuanya lebih memilih memarut sendiri kelapa dengan parutan sederhana– berupa papan dengan tonjolan besi-besi halus di tengahnya.