Aku mengelus-elus pelan rambut kucing itu. Warnanya cokelat gelap, seperti cokelat-cokelat pahit yang dijual di toko. Aku ingat sekali... dulu, aku pernah menjilat rambut kucing ini. Bodoh sekali. Sesudahnya Ibu menggosokkan gigiku berkali-kali.
Tiba-tiba aku merasa terhenyak. Apakah ada yang salah? Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada apa-apa.
Kamar serba putih ini terasa hening. Kusimak irama detak jantung di dada, menenangkan diri dengan segala sesuatu yang berkecamuk di kepala.
Deg, deg, deg, deg....
Tik, tok, tik, tok....
Aku mendongak, menatap jam dinding putih di atas sana. Sejak kapan ada jam dinding di sini?
"Hai." Orang itu datang lagi. Anehnya, sebelum aku meminum obat. Ia duduk di kasur, memperhatikanku yang duduk di lantai bersama Mika.