Telepon seluler Galaxia bergetar, sepertinya ada pesan WA yang masuk. Dia meliriknya, ternyata dari Ibu Guru Bucang. Di bukanya pesannya, ternyata Ibu guru itu mengajaknya untuk menemani dia ke kantor dinas Pendidikan. Karena memang tidak ada kegiatan lain, Galaxia mengiyakannya dan menunggu Bu guru itu menjemputnya ke rumah.
“Temani aku ya. Tak enak sendirian ke sana,” ajak Bu Guru Bucang ketika sudah tiba di rumah Galaxia dengan sepeda motor Honda PCXnya.
“Kamu saja yang bawa motornya, ya. Kata bu Guru Bucang sambil menyerahkan kunci sepeda motornya. Memang tubuh Galaxia jauh lebih tinggi dari bu Guru Bucang, sehingga secara postur memang cocoklah dia yang bawa. Setelah memberitahu kedua orang tuanya, Galaxia naik ke atas motor bu guru Bucang dan sebentar kemudian keduanya sudah meluncur ke tempat tujuan.
“Mau mengurus apa ke sana, Bu?” tanya Galaxia sambil konsentrasi dengan kendaraan mereka.
“Mau mengurus uang untuk PAUD, Ibu. PAUD Setia Hati.”
“PAUD itu apa sih, Bu?” cecar Galaxia agak bingung. Karena dia tidak pernah mendengarnya.
“PAUD itu singkatan dari pendidikan anak usia dini atau biasanya di sebut sebagai play group”
“Bedakah dengan TK, Bu?”
“Sebenarnya berbeda, cuma terkadang kita di Indonesia ini membuatnya jadi rancu. Padahal sebenarnya PAUD itu adalah untuk anak bermain sebelum masuk TK, tetapi sekarang justru terkadang PAUD itu malah menggantikan fungsi TK, padahal TK itu untuk anak-anak sebelum masuk sekolah dasar. Jadi sebenarnya PAUD dulu, baru TK dan setelah itu masuk Sekolah Dasar.”
Dari pembicaraan keduanya selama dalam perjalanan, Galaxia tahu jika bu Guru Bucang ini punya empat buah PAUD. Dua buah ada di ibukota Kabupaten, sementara duanya lagi di pedesaan tempat asalnya.
“Ndak apakah ibu mengelola sampai empat buah PAUD, Bu?” tanya Galaxia.
“Kamu tahu tidak, kepala Dinas Pendidikan itu istrinya mengelola sampai belasan PAUD.”
“Apakah itu bukan KKN, Bu?”
“Di mana sih di Indonesia ini yang tidak ada KKN-nya?” sahut bu Guru Bucang sambil tertawa. “Semuanya munafik! Sok suci tapi buat dosa semua,” sambungnya lagi.
Galaxia terdiam mendengar kenyataan seperti itu, sementara di rumah kedua orang tuanya selalu menekankan agar hidup jujur, jangan KKN, jangan ikuti permainan kotor seperti itu. Tetapi faktanya di lapangan dia melihat hal-hal yang bertentangan dengan prinsip kedua orang tuanya. Mereka hidup sederhana, tidak mau campur tangan urusan orang lain dan selalu berhubungan baik dengan semua orang.
Selain mengelola PAUD, bu Guru Bucang juga menceritakan kepada Galaxia jika dia juga mendapatkan beberapa proyek dari PEMDA, yang diurusnya melalui beberapa anggota Dewan di partai yang diikutinya.
Karena dia bukanlah guru PNS, maka dia bebas ikut partai dan kebetulan partai yang diikutinya ini cukup besar pengaruhnya di daerah mereka. Memang bu guru Bucang ikut partai bukan karena keinginannya untuk duduk sebagai Caleg, karena itu tidaklah mudah. Biaya untuk bisa duduk sebagai anggota legislatif itu sangat mahal, terutama biaya sosialisasi, biaya saksi, biaya untuk membayar pihak tertentu yang digunakan untuk memuluskan langkah-langkah mereka menuju kemenangan.
Memang pemilihan umum baik itu Pemilu Nasional maupun Pilkada tidak bisa lepas dari kecurangan, karena siapa pun bu yang memilihnya tetap akan bermain uang di sana. Jika dipilih oleh para anggota Dewan, maka calon yang maju akan bermain uang dengan para anggota Dewan. Jika di pilih oleh rakyat, maka dia akan bermain uang dengan rakyat dan para pengurus pemilihan itu.
Namun kalau dipikir-pikir, masih jauh lebih baik jika dipilih oleh rakyat, karena uangnya akan menyebar bagi banyak rakyat yang hidupnya sudah sangat susah dan tidak punya akses untuk bermain proyek. Sementara kalau di pilih oleh anggota Dewan itu, maka hanya para anggota Dewan sendirilah yang menikmati hasilnya, padahal jumlah mereka tidak sampai 1% dari penduduk Indonesia.
Merekalah yang kaya raya dan hidup enak, sementara ratusan juta rakyat Indonesia tetap miskin dan hidup dalam kekurangan. Anak-anak Indonesia kurang gizi dan tidak bisa bersekolah tinggi.
Semua kesempatan dan kemungkinan hidup enak itu diambil oleh orang berduit, mereka akan membayar guru-guru untuk menaikkan nilai anak mereka, agar anak-anak mereka bisa masuk dalam pemilihan beasiswa seperti Bidik Misi sehingga mereka tidak keluar uang lagi dalam menguliahkannya atau juga agar bisa diluluskan untuk menjadi perawat atau dokter yang diongkosi oleh Pemerintah daerah, sehingga kualitas dokter dan perawatnya jadi kurang bermutu.
Ibu guru Bucang menjadi anggota Partai, karena dulunya dia sangat susah untuk menjadi lulus sebagai Pegawai negeri, karena pada jaman itu semuanya bermain uang. Untunglah sekarang di jaman Jokowi semua tesnya sudah transparan, tetapi dia sudah lewat batas umurnya sebagai PNS.