Pagi itu Galaxia baru bangun sekitar pukul delapan pagi. Ketika menuruni tangga dia melihat ayahnya sedang sibuk menulis dengan komputernya, sedangkan Mamanya sedang duduk minum teh sambil menikmati kuenya diatas meja di dapur.
Dia bisa melihat semuanya secara sekaligus, karena tangga turun naik ke lantai dua berada di ruang keluarga, sementara tempat komputer ayahnya adalah di sudut berseberangan dengan tangga.
Sedangkan Mamanya terlihat duduk di ruang dapur yang terletak setelah ruang keluarga, hanya saja pintunya lebar dan ada bagian dindingnya yang hanya diberi batas sekitar 30% saja dari atas lantai, sehingga siapa saja yang berada di dapur 50% akan terlihat dari arah tangga turun naik itu.
Tampak kedua adiknya sedang menghadapi meja belajar di ruang keluarga di samping ayahnya yang sedang mengetik. Kedua adiknya ini masing-masing sudah SLTA dan SMP dan keduanya sedang belajar daring dari rumah.
Karena pandemi Covid-19 di daerahnya masih pada warna oranye, sehingga sesuai arahan dari Pemerintah Daerah yang merujuk kepada kebijakan nasional, maka sampai saat ini anak-anak masih harus belajar online atau daring.
Seperti kebiasaannya ketika bangun pagi, Galaxia segera menuju ke arah WC dengan melewati Mamanya duduk. “Nanti temani Papa ke sekolah, ya.” Seru ayahnya ketika melihat Galaxia menuruni anak tangga.
“Ke sekolah mana, Pa?” tanya Galaxia sambil melambatkan langkahnya.
“Ada dua sekolah … Menggantar lamaran kerja Papa,” jawab ayahnya.
“Ya, Pa …,” sahutnya sambil melanjutkan langkah kakinya menuju ke WC.
Di dalam WC Galaxia sambil buang air besar juga sambil melamun. Dia tidak bisa sebentar kalau buang air besar, sehingga sering ayahnya mengatakan dia berak garpu maka nyangkut dan itulah sebabnya perlu waktu yang lebih lama.
Tetapi sebenarnya dia bukan semata-mata karena susah buang air besar, tetapi memang berada di dalam WC itu memberikan kenikmatan tersendiri baginya. Dia bisa berpikir, melamun, dan juga berkhayal serta melakukan apa saja.
“Masih lama, Gal?” tanya ayahnya ketika sudah hampir satu jam dia berada di dalam WC.
Sebuah waktu yang terlalu lama sebenarnya kalau hanya untuk buang air besar. Tetapi karena dia di dalam WC sambil membawa ponselnya, maka waktu selama itu tidak terasa.
“Sebentar lagi Pa,” jawabnya.
“Kamu tidak sakit?”
“Tidak, Pa.”
“Ya sudah. Cepatlah sedikit!” desak ayahnya dari luar.
“Kulihat tadi dia bawa ponselnya,” celetuk Mamanya ikut nimbrung sambil meneruskan minum teh panas dan makan kuenya.
Selain itu juga Mamanya di meja makan itu juga sudah tersedia rebusan air jahe di campur madu oleh ayahnya.
“Kamu bawa ponselkah, Gal?” tanya ayahnya lagi.
“Ya, Yah.”
“Hati-hati, bawa ponsel ke dalam WC itu bisa menyebabkan ambeien,” terdengar suaranya ayahnya mengingatkan. “Selain itu juga rawan jatuh, nanti masuk air dan semua datamu bisa terhapus karena ponselmu konslet.”
“Ya Yah,” jawabnya agak kesal.
Dia agak kesal karena mengapa Mamanya harus melihat dia membawa ponsel. Karena bermain ponsel sambil duduk buang air besar itu begitu nikmat rasanya. Dia juga tidak mampu memikirkan apa hubungannya antara bawa ponsel ke dalam WC dengan sakit ambeien.
Galaxia segera menyelesaikan buang air besarnya dan setelah itu dia keluar. “Kamu tahu tidak, apa hubungannya antara bermain ponsel di dalam WC dan ambeien?” tanya ayahnya yang sekarang sedang duduk bersama Mamanya di meja makan di dapur itu.
“Ndak tahu Yah,” jawabnya sekenanya dan juga penasaran.