Orang Orang Di Atas Angin

Yovinus
Chapter #9

09-Melamar Jadi Tutor

Galaxia dan saudara-saudarinya sedang duduk bersama di ruang keluarga. Ayah mereka mengumpulkan mereka pada setiap malam minggu atau seminggu sekali, untuk berbicara dengan anak-anaknya.

Mereka berbicara tentang apa saja yang ada kaitannya dengan hidup mereka dan tentang anak-anaknya. Seperti tentang masa depan mereka, masalah sekolah mereka, masalah hidup mereka dan cinta hubungan dengan kawan-kawan mereka. Bahkan terkadang juga tentang kisah cinta mereka.

Mereka semua hadir, ada Mamanya, Abangnya, dan kedua adiknya. Setiap malam minggu biasanya diawali dengan belajar Kitab Suci oleh ayahnya. Biasanya mereka di suruh membaca ayat tertentu yang sebelumnya sudah disiapkan oleh ayahnya dan diminta memberikan pendapat mereka masing-masing.

Setiap kali pertemuan, yang membaca dan yang memulai membahasnya biasanya digilir oleh ayahnya. Terkadang juga secara acak, sesuai kemauan ayahnya.

Kali ini materi yang mereka diskusikan adalah tentang perumpamaan yang menyindir orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Yang mengatakan jika mereka itu seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kebusukan dan kotoran.

Kali ini yang mendapatkan giliran membacanya adalah adik bungsu Galaxia. Setelah adik bungsu mereka yang sekarang sedang duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar membacanya, maka seperti biasa ayah mereka akan meminta tanggapan mereka tentang ayat itu. Dimulai dari Mama mereka, lalu Abang Galaxia dan kemudian Galaxia sendiri dan seterusnya giliran kedua adiknya.

Dalam memberikan tanggapan atau pendapat ini Ayah mereka tidak menyalahkan mereka, tetapi mengatakan itu bagus semua. Hanya saja ayah akan menambahkannya dengan kata-kata yang memberikan mereka pelajaran bagaimana kita harus taat dengan perintah Tuhan, seperti saling menyayangi, menjauhi dosa, mencintai sesama manusia tanpa kecuali dan juga mencintai semua ciptaan Tuhan tanpa batas dan sekat.

Dalam memberi tanggapan terhadap ayat yang baru di baca tadi, Ayah Galaxia menambahkan, bahwa bahwa orang-orang Farisi dan para ahli Taurat itu seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Kuburan yang dilabur putih berarti kuburan yang dicat dengan kapur putih.

Mengapa orang Yahudi melabur kuburan mereka? Bagi orang Yahudi, menyentuh kuburan, bahkan secara tidak sengaja, akan membuat mereka najis. Sehingga minimal setahun sekali biasanya mereka mengecat putih kuburan-kuburan, terutama pada masa menjelang perayaan Paskah Yahudi.

Paskah Yahudi adalah pesta merayakan dan mengingat kembali bagaimana Tuhan menolong mereka keluar dari penjajahan Firaun di tanah Mesir setelah Firaun Mesir di Hukum oleh Tuhan dengan sepuluh Tulah-Nya.

Puncak dari Tulah itu adalah ketika semua anak sulung orang-orang Mesir dibunuh oleh malaikat maut, kemudian dengan keluarnya bangsa Yahudi dari tanah Mesir yang pada ujungnya Nabi Musa membawa mereka menyeberangi laut merah, di mana laut itu dibuat Tuhan kering dan mereka berjalan di dalam laut yang airnya sudah kering itu.

Ketika seluruh bangsa Yahudi berhasil melintasi air laut yang kering itu, maka Tuhan mengembalikan air laut itu sehingga Firaun dan bala tentaranya terkubur di dalam lautan.

Menjelang Paskah, semua orang ingin ikut merayakannya. Namun jika mereka menyentuh kuburan, hal itu akan membuat mereka najis dan terhalang dalam mengikuti perayaan Paskah.

Untuk menghindari kenajisan itu, mereka melabur putih kuburan-kuburan sehingga bangsa Yahudi bisa melihatnya dan bisa menghindarinya untuk tidak menyentuhnya. Kuburan-kuburan itu ditandai secara mencolok supaya orang tidak menginjak atau menyentuhnya. Bahkan di dalam gelap sekalipun mereka tidak akan menginjaknya karena cat putih itu tetap terlihat di kegelapan.

Di mata Tuhan para ahli Taurat dan kaum Farisi seperti kuburan. Mereka hanya peduli pada hal-hal yang lahiriah saja. Mereka hanya peduli dengan penampilan luar saja, tetapi tidak dengan hati dan pikirannya.

Perilaku mereka tidak mencerminkan hal yang batiniah. Kenyataan yang tampak diluar tidak selaras dengan yang ada di dalam di hati mereka. Hidup mereka benar-benar keropos karena perilaku penuh dusta, penipu, sombong, egois, serakah, iri hati, curiga, kata-kata kasar, fitnah, tuduhan palsu, penuh hawa nafsu, amarah, angkara murka, dan kebencian.

Mereka tak peduli pada sesama, terutama para janda, kaum kecil, lemah, miskin, dan orang-orang tersingkir serta kaum minoritas.

Mungkinkah kita juga seperti para ahli Taurat atau orang Farisi, yang diluar tampak bersih dan elegan, serta rapi dan indah di bagian luarnya, tetapi bagian dalamnya hati dan jiwa serta pikiran kita busuk? Seandainya demikian, marilah kita menyadarinya dan segera bertobat dan memperbaiki diri, marilah kita menjadi manusia yang semakin hari semakin lebih baik, kata ayahnya mengakhiri tanggapannya atas ayat tentang kuburan itu.

“Oh ya, hari Senin saya akan mengantarkan lamaran lagi,” ujar ayahnya setelah mereka agak lama terdiam sehabis ayahnya menyampaikan tanggapan mereka. Mereka semua berpikir dan mencoba meresapkannya, apakah mereka juga seperti orang Farisi dan para ahli Taurat, yang hanya mementingkan penampilan luar saja tetapi tidak menjaga hati mereka?.

“Mau mengantar lamaran kemana, Bang?” tanya isterinya atau Mama mereka.

“Di sini kan ada Universitas Terbuka filial daerah kita. Siapa tahu mereka masih memerlukan tutor.”

Lihat selengkapnya