Pada hari itu, bu Rohaniwati yang merupakan guru Pembina PIK-R di sekolahnya dan juga sekaligus sebagai guru BP atau guru Bimbingan dan Penyuluhan bagi siswa-siswi, memanggil Jokan untuk menghadap ke ruangannya.
Dalam pertemuan itu bu Rohaniwati meminta Jokan untuk ikut lomba Duta Genre yang diikuti dari sekolah mereka. Ada beberapa anak-anak yang di suruh ikut juga dan memang tidak dibatasi, siapa saja yang mau ikut disilakan.
Tetapi bu Rohaniwati lebih berharap kepada Jokan, karena nilainya secara rata-rata adalah yang paling tinggi.
Selain itu juga Jokan merupakan anak debat bahasa Inggris yang pernah mewakili sekolah sampai ke Ibu Kota Provinsi. Karena sistem gugur, maka mereka sudah kalah di ronde pertama melawan pemenang dari Kota madya yang nantinya menjadi juara satu untuk tingkat provinsi.
Meskipun nilainya hanya selisih sedikit saja, tapi kalah ya tetap kalah. Bu Rohaniwati sangat berharap jika nantinya Jokan bisa menang sebagai Duta Genre tingkat kabupaten, karena akan mengharumkan nama sekolahnya.
Galaxia, kakaknya Jokan, dulunya ketika masih sekolah di SMA adalah anggota PIK-R di sekolahnya. Namun sekarang karena dia sudah tamat, dia sudah menjadi anggota PIK-R yang dari unsur masyarakat.
Sementara adiknya yang nomor dua dari yang bungsu, yaitu Jokan saat ini merupakan anggota PIK-R dari sekolahnya di SMA negeri di kabupatennya. Galaxia juga merupakan alumnus dari SMAN yang sama dengan adiknya.
Sementara itu, Bu Erlitano Pak Pahan meminta Galaxia sebagai anggota Genre yang dari unsur masyarakat untuk mengikuti lomba Duta Genre tingkat kabupaten itu. Dia menelepon Galaxia dan menyampaikan hal itu.
Lalu atas ijin orang tua mereka, maka kedua adik-beradik ini mengikuti lomba itu. Sehingga tanpa disengaja kedua orang adik beradik ini mengikuti lomba yang sama dan hanya di inisiasi oleh orang yang berbeda saja.
Kegiatan lomba di tingkat di kabupaten lumayan sibuk dan sulit. Mereka mengikuti lomba debat, wawancara, presentasi termasuk untuk menjelaskan visi dan misinya jika memang sebagai Duta Genre, mempresentasikan dan menjabarkan rencana program kerja mereka, serta menampilkan semua prestasi yang pernah mereka per oleh selama ini.
Setelah semua rangkaian kegiatan itu selesai diikuti, maka dari 200-an orang peserta yang mengikutinya ternyata kedua adik beradik ini memperoleh nilai tertinggi secara keseluruhan. Apalagi keduanya tidak saja hanya menguasai bahasa inggris, tetapi juga menguasai bahasa Perancis, Jepang, Portugis dan Jerman.
Keduanya memperoleh predikat sebagai Duta Genre kabupaten dan didaulat maju ke tingkat Provinsi mewakili Kabupaten. Jokan sebagai adiknya mewakili yang laki-laki, sementara Galaxia sebagai sang kakak mewakili pihak wanita.
Keduanya diminta mempersiapkan diri untuk lomba tingkat provinsi, juga diharuskan mempromosikan diri mereka melalui spanduk-spanduk yang di pasang di jalan-jalan dan juga melalui akun media sosial mereka seperti di Facebook, Instagram, dan Twitter. Jumlah Like dan Subscribe juga kana sangat berpengaruh bagi nilai mereka di tingkat provinsi nantinya.
Karena sudah sah sebagai pemenang, maka keduanya dianjurkan untuk melaporkan diri kepada Bupati sekaligus meminta dukungan dari Bupati. Karena mereka akan ke Provinsi mewakili pemerintahan kabupaten.
Ayah dan Ibu mengucapkan selamat kepada keduanya yang telah berhasil mencapai predikat sebagai duta genre tingkat kabupaten.
“Nanti saya saja yang mengontaknya dengan pesan WA,” Kata ayah Galaxia ketika mendengar mereka harus melaporkan diri ke pada Bupati, karena bupati ini adalah kawannya satu asrama dulu.
Tetapi ternyata pesan WA yang dikirimkan oleh ayah Galaxia hanya centang biru saja, tidak dibalas. Melihat begitu, maka ayahnya lalu menelepon langsung, dengan Voice Call. Tetapi sampai beberapa kali, tidak diangkat oleh Bupati. Meskipun dia yakin teleponnya masuk.
“Mustahil dia tidak ingat saya,” kata ayah Galaxia. “Kami kan dulu sewaktu masih SMP tinggal satu asrama. Dia jauh muda dari saya, karena waktu itu dia masih SMP sementara saya sudah SMA,” lanjut ayahnya lagi.
“Apakah dia memang sudah sombong karena sekarang sudah jadi pejabat?” tanya Mamanya menimbrung pembicaraan mereka.
“Kita positif thinking saja, tidak boleh juga langsung memvonisnya seperti itu,” sahut ayahnya. “Mungkin juga dia memang sangat sibuk, maklumlah pejabat publik.”