Dari pagi tadi Mama Galaxia mendengar ayah Galaxia mengomel panjang pendek dengan printernya. Dia pagi-pagi sudah bangun seperti biasa, bahkan masih boleh dikatakan masih subuh, karena dia bangunnya sekitar pukul 4 pagi.
“Ada apa, Pa? Dari pagi Mama dengar ngomel panjang pendek saja,” tanya Mamanya Galaxia. “Nanti cepat tua lho Pa,” sambung Mama Galaxia lagi sambil bergurau.
“Habis, printer ini bah. Macet lagi, padahal aku mau segera cetak proposal untuk dikirimkan ke pusat.”
“Pusat? Maksud Papa akan kirim proposal ke Jakarta juga?”
“Ya, Ma. Meskipun harapannya tipis, tetapi tidak ada salahnya segala kemungkinan ataupun peluang itu kita coba ambil juga. Kasihan Galaxia sangat bersemangat untuk pergi ke luar negeri.”
“Memang kasihan sih, Pa. Seandainya uang turun Papa kemarin keluar, bisa juga dia pakai untuk mendukungnya ke luar negeri. Kalau pun kurang, kita tinggal mencari tambahannya.”
“Jangan disebut lagi uang turun itu, Ma. Mereka di pusat sekarang pada sibuk mengamankan diri sendiri dan juga sekarang kebetulan menghadapi pandemi ini, mungkin juga uangnya dialihkan ke upaya penanggulangannya. Atau malahan secara kebetulan ada dasar untuk berkilah.”
“Ada benarnya juga sih kata Pa,” sahut mama Galaxia.
Tetapi kalau di pikir-pikir, dari pada Pemerintah menambah uang insentif untuk PNS yang sudah punya gaji 5 juta ke bawah yang totalnya bisa triliunan rupiah, kan lebih baik uang yang hanya ratusan milyar itu diberikan kepada para mantan anggota KPU, pasti mereka juga sangat susah menghadapi Pandemi saat ini.
Bahkan ada kemungkinan mereka seperti kita juga, sama sekali tidak punya penghasilan. Kecuali mantan anggota KPU yang berasal dari PNS atau pun para pensiunan.
“Itulah hidup, Ma. Terkadang orang lupa ketika dirinya sedang berada diatas angin. Dia hanya tahu jika dirinya saja yang banyak diterpa angin ribut, sehingga dia sibuk mengamankan dirinya agar tidak jatuh.”
“Karena mereka diatas angin, mereka jadi tidak peka akan keadaan orang lain yang jauh lebih susah daripada dirinya. Padahal banyak orang lain yang berada di bawah yang kondisinya lebih parah lagi.”
“Yang sedihnya, padahal sebenarnya mereka punya power untuk menolong orang lain karena mereka punya otoritas,” jelas suaminya gundah gulana.
“Ya lah, Pa. Seperti yang Papa bilang tadi, itulah hidup. Eh, omong-omong, bagaimana dengan printer Papa?”
“Sepertinya harus di reset, Ma.”
“Di reset, maksud Papa?”
“Hampir setiap printer itu kan ada batas maksimal cetaknya. Setelah batas itu tercapai, maka dia harus di reset lagi.”
“Mama tidak paham. Maksudnya di reset itu bagaimana?”
“Maksudnya harus dikembalikan ke kondisi semula. Kondisi awal pabrikan …, begitu …”
“Oooh. Terus bagaimana caranya?”
“Ada dua cara, Ma. Yaitu pakai hard reset dan soft reset,” jelas Ayah Galaxia. “Hard reset itu pakai perangkat keras, sementara soft reset hanya menggunakan program.”
“Terus untuk kasus Papa ini?”
“Papa akan coba dulu pakai soft reset saja dulu. Itu murah meriah, karena Papa hanya download programnya dari internet. Ini papa sedang donwload program aplikasi SSC Service Utility dari pihak ketiga.”
“Pasti bisakah, pa?”
“Ya, nantilah lihat. Mudah-mudahan tidak ada kendala. Kalau tidak bisa, maka terpaksa kita beli alatnya untuk hard reset.”
Setelah beberapa lama, mungkin lebih dari satu jam kemudian, terlihat ayah Galaxia sudah bisa mencetak proposalnya. Kayaknya dia berhasil.
“Bisakah, Pa?” tanya mama sambil memperhatikan suaminya.