Malam itu, suasana di kamar Galaxia terasa hening. Ayahnya, duduk di depan komputer dengan tatapan serius. Lampu kecil di meja belajar memancarkan cahaya redup, menerangi wajahnya yang tengah tertuju pada layar monitor. Galaxia, anak perempuan yang gemar membaca, sedang asyik menelusuri halaman-halaman buku di pojok kamarnya.
"Galaxia, kamu tahu nggak sih, sekarang internet kita cepat banget?" ucap ayahnya sambil menunjuk komputer di hadapannya.
"Duh, beneran, Ayah? Akhirnya kita nggak lagi kayak menunggu pesawat terbang jaman dahulu kala saat buka website?" celetuk Galaxia dengan riang.
Ayahnya tertawa. "Betul sekali! Kita sudah berlangganan IndiHome sampai 40 kbps. Internetnya lumayan cepat sekarang."
Galaxia mengangguk-angguk. "Wah, kalau begitu kita bisa streaming video dengan tenang tanpa buffering ya, Ayah!"
Ayahnya mengangguk sembari tersenyum. "Bukan hanya itu, Galaxia. Ayah lagi nih sedang googling."
"Duh, jangan-jangan Ayah lagi cari resep masakan, ya?" goda Galaxia.
Orang tua Galaxia tergelak. "Bukan, Nak. Ayah lagi cari-cari platform yang bisa membayar jika kita menulis di sana."
"Wah, beneran, Ayah? Emang ada platform seperti itu?"
"Iya, kok. Ternyata banyak, loh. Mereka mau membayar orang kalau menulis cerpen dan novel online. Ini salah satu cara kita bisa menyalurkan hobi menulis kita, sambil dapat uang."
Galaxia memandang ayahnya dengan mata berbinar. "Keren banget, Ayah! Jadi, nulis cerpen atau novel terus bisa dapet duit. Emangnya nulis itu sekarang semudah itu ya?"
Ayahnya mengangguk. "Iya, terutama karena sekarang sudah banyak bahan yang bisa kita jadikan inspirasi. Nggak kayak dulu-dulu, harus bolak-balik perpustakaan buat cari referensi."
Galaxia tertawa. "Jadi, Ayah juga mau coba nulis di sana?"
Ayahnya mengangguk semangat. "Iya, kenapa nggak? Lagi pula, kan, Ayah juga punya banyak pengalaman yang bisa dituangkan ke dalam tulisan."
Mereka melanjutkan mengobrol dengan semangat. menunjukkan beberapa platform menulis online yang telah ia temukan. "Lihat, Galaxia, ada platform ini, mereka membayar penulis berdasarkan jumlah pembaca dan dukungan yang diterima cerita kita."
Galaxia membuka laptopnya dan memperhatikan layar. "Wah, keren ya, Ayah. Jadi, semakin banyak orang yang baca, semakin besar bayarannya?"
Bapaknya mengangguk. "Betul, tapi tentu saja nggak semudah itu. Kita tetap harus punya ide cerita menarik, gaya bahasa yang bagus, dan tentu saja keuletan untuk terus menulis."