Ayah Galaxia duduk di ruang tamu rumahnya, matanya menatap layar laptop dengan ekspresi bingung. Ia sedang menjelajahi beberapa platform novel online, dan apa yang ditemuinya membuatnya merenung. "Apakah masyarakat Indonesia benar-benar malas berpikir?" gumamnya dalam hati. "Mereka sepertinya lebih suka cerita-cerita tentang orang kaya dan berduit, tanpa peduli apakah uang itu diperoleh dengan cara yang halal atau tidak."
Lebih-lebih lagi mereka suka dengan cerita yang menyerempet seks, sehingga cerita yang tidak ada seksnya itu mereka tidak mau membacanya. Perbandingannya jauh, seperti langit dan bumi. Jika cerita biasa saja pembacanya paling juga 1k, maka cerita yang berbau seks bisa mencapai milyaran.
Kan ndak seimbang …
Dia menggoyangkan kepala dengan rasa kecewa. Ayah Galaxia adalah seorang penulis novel terkenal di Indonesia, dan selama bertahun-tahun, ia telah mencoba menyajikan cerita-cerita yang menginspirasi, berpendidikan, dan membangun karakter. Namun, tren di dunia novel sepertinya telah berubah. Masyarakat Indonesia tampaknya lebih tertarik pada cerita-cerita yang tidak memberikan pesan moral yang baik.
Ayah Galaxia mulai berbicara kepada dirinya sendiri, "Ini adalah masalah serius. Bagaimana mungkin kita bisa tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat jika kita terus-menerus terpaku pada cerita-cerita yang tidak bernilai moral?"
Tiba-tiba, teleponnya berdering, mengganggu lamunannya. Ia mengambil teleponnya dan melihat panggilan masuk dari temannya, Andi. "Halo, Andi," sapa ayah Galaxia.
"Kawan, apa kabar?" tanya Andi dengan riang. "Aku melihat postinganmu di media sosial tentang masalah masyarakat dan novel. Kamu benar, ini adalah masalah besar."
Ayah Galaxia mengangguk. "Iya, Andi, aku merasa seperti semakin sulit untuk menulis novel dengan pesan moral yang baik. Semua orang lebih suka cerita tentang kekayaan, seks bebas, dan moral yang merusak."
Andi tertawa getir. "Ya, aku juga merasakannya. Tapi, apakah kita bisa melakukan sesuatu untuk mengubahnya?"
Mereka berdua memulai diskusi yang panjang tentang bagaimana mereka dapat menghadapi masalah ini. Mereka setuju bahwa mereka harus mencoba membuat perubahan dengan caranya sendiri.
Beberapa minggu kemudian, Galaxia mulai menulis novel baru. Dia ingin menciptakan karya yang bisa menginspirasi masyarakat Indonesia untuk berpikir lebih dalam dan mempertimbangkan tindakan mereka. Namun, dia juga sadar bahwa cerita tersebut harus menarik perhatian pembaca, jadi dia harus menemukan keseimbangan yang tepat antara pesan moral dan hiburan.
Suatu saat ayah Galaxia bertemu dengan Andi dengan naskahnya yang masih dalam proses. Mereka duduk di kedai kopi favorit mereka.