Galaxia bukan hanya seorang gadis yang pandai berbicara dalam berbagai bahasa. Dia juga memiliki bakat luar biasa dalam mengekspresikan dirinya melalui tulisan. Kecintaannya pada kata-kata menginspirasi dia untuk membuat karya-karya sastra yang mengesankan. Novel-novelnya tidak terbatas pada satu bahasa; ia menulis dalam bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Portugis, dan bahkan Norwegia, sesuai dengan kemampuannya yang luar biasa dalam berbahasa.
“Siapa yang membacanya?” tanya Mamanya heran melihat dia menulis dalam berbagai bahasa.
“Penutur bahasa itulah …”
“Kenapa tidak dalam bahasa Inggris saja?” tanya Mamanya lagi.
“Tidak semua orang mengerti bahasa Inggris,” jawab Galaxia.
Ketika Galaxia menulis, dunianya berubah menjadi semesta yang dipenuhi dengan cerita-cerita yang mempesona. Setiap kata yang terpilih dengan hati-hati dan setiap kalimat yang diciptakan dengan penuh perasaan, menciptakan kisah-kisah yang mampu menggetarkan hati pembacanya.
Karya-karyanya menjangkau orang-orang dari seluruh penjuru dunia, dan konsumennya adalah orang luar negeri yang jatuh cinta pada keindahan bahasa dalam novel-novelnya.
Tidak ada yang tahu bahwa Galaxia memiliki bakat semacam ini, sampai suatu hari, ketika dia memutuskan untuk mengikuti perlombaan menulis novel dalam bahasa Inggris. Ayahnya, yang adalah seorang penggemar berat sastra dan sering melibatkan dirinya dalam kelompok diskusi sastra, sangat terkejut dan gembira. Galaxia telah menjalani hobi yang dia sembunyikan dari dunia, dan dia telah melakukannya dengan sangat baik.
Perlombaan itu adalah kesempatan bagi Galaxia untuk menghadirkan karya terbaiknya. Dia memilih topik yang sangat menarik baginya: masalah mistik. Namun, dia tidak hanya ingin mengikuti tren umum yang sering ditemui dalam novel-novel Barat. Galaxia ingin mengeksplorasi warisan mistik dari daerahnya sendiri, yang merupakan sumber inspirasinya.
Galaxia memutuskan untuk menulis tentang legenda tentang orang-orang yang bisa menjelma menjadi binatang dan secara gaib memakan orang lain. Ini adalah cerita yang telah turun-temurun dalam budaya keluarganya.
Ayahnya sering menceritakan kisah-kisah tersebut ketika dia masih kecil, dan mereka selalu memikat hati Galaxia. Legenda ini berbeda dari cerita-cerita vampir Barat yang selama ini populer, dan dia yakin bahwa dengan mengangkatnya ke dalam karyanya, dia bisa memberikan perspektif yang segar dan menarik kepada pembacanya.
“Ini cerita yang unik, karena belum pernah dipublikasikan,” ujar Galaxia.