Orang Orang Di Atas Angin

Yovinus
Chapter #42

42-Terikat Bantuan Tetangga

 

Ayah Galaxia duduk termenung di hadapan meja dengan segelas kopi pahit yang terlupakan di depannya. Ekspresinya lesu, matanya menatap hampa ke luar jendela, sementara pikirannya terhanyut dalam ingatan akan percakapan dengan adiknya.

"Bang, proyek ini justru merugikan kita. Hanya untung satu juta saja dari uang proyek 350 juta," ucap Adiknya dengan suara cemas.

Bayangan kata-kata itu terus menggelinding di benak Ayah Galaxia. Namun, kontradiksi dengan pengeluaran adiknya yang baru-baru ini dilihatnya membuatnya bingung.

Adiknya baru saja membeli barang-barang mewah seperti televisi berlayar lebar 60 inci, Sound sistem yang canggih, perombakan plafon, satu set kursi makan dari Jepara yang terkenal akan keindahannya, bahkan sebuah pagar baru yang terbuat dari beton dan baja.

"Bagaimana mungkin dia merugi? Barang-barang yang baru dibeli itu pasti menghabiskan uang yang tak sedikit," gumam Ayah Galaxia dalam hati, sambil memandangi luar jendela dengan kebingungan.

Semakin lama, kesimpulan pun tak bisa dihindari. Ayah Galaxia merenung, "Uang tidak beradik." Pepatah itu terus mengalir dalam pikirannya, membangun keyakinan bahwa adiknya telah berbohong.

"Seharusnya hasil proyek itu lebih dari sekadar satu juta," pikirnya sambil meninjau kembali semua pengeluaran yang baru-baru ini terjadi. “Orang lain saja dengan proyek sebesar itu minimal membeli sebuah Avanza bekas.”

Dia merenung sejenak, memikirkan segala kemungkinan. Adiknya telah memberikan informasi yang kontradiktif. Hal itu membuatnya semakin yakin bahwa adiknya menyembunyikan sesuatu, atau bahkan mungkin berbohong tentang hasil proyek.

"Aku harus bicara dengan dia. Ada hal yang perlu dijelaskan," ucap Ayah Galaxia pada dirinya sendiri, mengambil keputusan untuk mengonfrontasi adiknya dan mencari kejelasan tentang kebingungan yang menghantuinya.

Dalam keheningan ruangan, Ayah Galaxia terus memikirkan bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikan kebingungannya. Dalam hati, dia berharap ada penjelasan yang memenuhi rasa percaya dan kejujuran yang selama ini mereka anut sebagai keluarga.

Akhirnya dia memutuskan mau ke rumah adiknya itu, jaraknya sekitar empat puluh kilometer dari rumahnya.

Ayah Galaxia duduk di ruang tamu dengan ekspresi agak bingung, berbicara kepada istrinya, "Kebetulan hari ini aku ingin berhari raya ke rumah mereka."

“Kenapa ke sana? Mereka kan tidak pernah berhari raya ke rumah kita,” ujar istrinya.

“Tidak apalah kita mengalah.”

“Tapi orang lain biasanya hanya tiga kali, sementara abang sudah melakukannya sebanyak tujuh puluh tujuh kali,” kata istrinya.

Lihat selengkapnya