Suasana pagi di rumah mereka Galaxia terasa hangat. Istrinya melihat suaminya, Mr. Rahmat, duduk di ruang keluarga dengan wajah yang tampak pucat. Istri Mr. Rahmat menghela nafas dalam, khawatir dengan gejala yang baru saja dialami oleh suaminya.
"Pa, apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terlihat pucat?" tanya istrinya dengan kekhawatiran.
Mr. Rahmat menyentuh kepalanya, "Istriku, aku merasa kepala pusing dan tubuh agak linglung tiba-tiba saat bangun pagi. Sempat merasa mau jatuh. Mungkin ini gejala kolesterol tinggi yang sudah lama saya alami."
Istrinya langsung merasa khawatir mendengar penjelasan suaminya. "Suamiku, kita harus segera mengatasi ini. Jangan biarkan kondisimu semakin buruk. Bagaimana kalau kita mencoba pengobatan herbal? Aku dengar daun salam sangat baik untuk menurunkan kolesterol."
Suaminya mengangguk setuju, "Baiklah, istriku. Aku siap mencoba apa pun asalkan bisa membantu."
Daun salam itu membawa kenangan manis. Istri pak Rahmat teringat bahwa tanaman itu pertama kali ditanam olehnya sewaktu mereka masih tinggal serumah dengan adiknya.
Sewaktu mereka pindah rumah, keadaan masih belum bisa dikatakan rumah yang siap. Namun karena anak tertuanya memang sangat nakal dan tidak peduli kalau dinasihati, maka pak Rahmat membuat rumah untuk mereka dan memaksa pindah.
“Nanti kamu akan selalu bertengkar dengan iparmu masalah anak,” kata suaminya.
Akhirnya mereka pun pindahlah, meskipun rumah itu belum jadi benar. Lantai, pintu dan deknya di pasang sendiri oleh suaminya. Awal mereka pindah hanya lantai sedikit untuk tidur saja, kemudian setiap hari dia mengerjakannya dengan perlahan.
Kini, rumah adiknya sudah menjadi tetangga, bukan karena alasan baik, melainkan karena pak Rahmat yang nekat membuat rumah baru.
Keputusan itu diambil karena anak pak Rahmat yang tertua, abang Galaxia, sangat nakal. Tingkahnya yang ceroboh dan ulahnya yang tidak terkendali membuat anak adik sepupunya sering menangis.
Istri pak Rahmat menuruni tangga rumah kayu mereka dengan hati-hati. Langkahnya yang ringan menuju ke tanah adiknya di tempat yang banyak tanaman hias dan rempah-rempah. Di pojok belakang rumahnya.
"Kenapa, ya, abang Galaxia selalu seperti itu," gumam Istri sambil mengingat betapa sulitnya menghadapi anak tertua mereka.
Sampai di sana, Istri pak Rahmat melihat pohon salam itu, alangkah terkejutnya, karena sudah hilang lenyap. Seperti sudah di babat. Rumah adiknya kosong, karena dia berangkat kerja. Hanya suaminya saja yang tinggal di situ.
Suami adik iparnya sebenarnya kerja juga di daerah lain, tetapi sebulan sekali pulang dan selalu membersihkan di sekitar rumah mereka.
"Huh, apa yang terjadi di sini?" ucap Istri pak Rahmat sambil memeriksa tanah di sekitarnya. Rasa kecewa dan kesal mulai terlihat di wajahnya.