Galaxia berlari dengan melewati rumah tetangga dari arah atas dengan napas yang tersengal-sengal, wajahnya memerah karena kelelahan. Kedua orang tuanya, Mama dan Papanya, menunggu di ruang tamu, terlihat khawatir.
"Ada apa, sayang?" tanya Mama Galaxia dengan nada cemas.
"Kenapa berlari-lari seperti itu?" tambah Papa.
"Lari dari asap," jawab Galaxia sambil terengah-engah, tangannya menunjuk ke arah rumah tetangga.
"Asap apa?" Mama menyipitkan mata, bingung.
"Suami tetangga kita sedang membakar sampah," ujar Galaxia.
"Sampah? Itu kan biasa saja," kata Papa, berusaha menenangkan suasana.
"Tapi api dan asapnya besar sekali, sepertinya ada kayu yang sangat suka dimakan api dan baunya seperti bau belerang," jelas Galaxia, matanya membulat penuh ketakutan.
Mendengar itu, Papa cepat-cepat menoleh ke arah rumah tetangga yang dilewati oleh Galaxia. Pikiran buruk mulai menghantui benaknya. "Jangan-jangan kayu belian," gumam Papa, hampir tak terdengar.
Papa langsung keluar rumah, diikuti oleh Galaxia dan Mama yang masih bingung. Di halaman rumah tetangga, api berkobar dengan ganas, memakan tumpukan sampah yang besar.
Asap tebal mengepul ke udara, membawa aroma belerang yang menyengat hidung.
"Pak Sastro! Apa yang Bapak bakar?" teriak Papa, mendekati sumber api.
Pak Sastro, suami tetangga mereka, berusaha memadamkan api dengan alat seadanya. "Saya bakar sampah, Pak. Tidak sengaja terbakar besar begini!"
"Kayu apa yang Bapak pakai? Bau belerang sekali," desak Papa.
Pak Sastro terlihat panik, matanya berkeliling mencari jawaban. "Ini kayu lama dari gudang, saya kira aman-aman saja."
Papa menoleh ke arah tumpukan kayu yang sudah terbakar separuh. "Ini kayu belian! Rugilah membakarnya, sekarang harganya sangat mahal!" serunya dengan suara tegas. “Apa lagi kalau di bakar, apinya pasti menjadi sangat besar.”
Mendengar itu, Pak Sastro semakin panik. "Apa yang harus kita lakukan, Pak? Saya tidak punya pengalaman dengan kayu belian."
Papa segera mengambil inisiatif. "Cepat, kita perlu air banyak. Galaxia, ambil ember dari rumah! Mama, bantu cari selang!"
Galaxia berlari menuju rumah, mengambil ember-ember di dapur. Tangannya gemetar saat mengisi ember-ember tersebut dengan air. Mama, yang juga panik, mencari selang di garasi. Mereka bekerja secepat mungkin, berusaha membawa air dan selang ke halaman Pak Sastro.