Liburan sudah hampir berakhir, dan Galaxia serta adiknya, mulai merasa cemas untuk kembali ke kota tempat mereka kuliah. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Ayah mereka, memiliki rencana lain sebelum mereka kembali ke rutinitas kampus.
"Galaxia, aku butuh bantuanmu," kata ayahnya suatu pagi. Galaxia yang sedang menikmati secangkir teh di teras rumah menatap ayahnya dengan penasaran.
"Ada apa, Yah?" jawab Galaxia.
"Kita perlu mengajukan proposal ke Dinas terkait, untuk memperoleh bantuan. Aku sudah pikirkan ini matang-matang. Kolam ikan kita perlu bantuan dana untuk pakan dan obat-obatan. Bibit sih masih bisa kita beli, tapi pemeliharaannya itu yang mahal," jelas Pak Hartono.
Adik Galaxia yang mendengar percakapan tersebut datang menghampiri. "Aku bisa bantu juga, Yah. Setahu saya, kita harus menghadap dinas terkait itu dan membuat proposal dulu, kan?"
Ayah Galaxia mengangguk. "Iya, betul sekali. Memang kita harus menghadap dan membuat proposal untuk mendapatkan bantuan pakan. Memang setahu saya mereka bilang kita harus buat proposal dulu, cuma kita tidak tahu model proposalnya itu yang bagaimana."
Galaxia dan adik Galaxia pun bergegas membantu ayah mereka menyusun proposal yang diminta. Mereka bekerja sepanjang hari di ruang tamu yang dipenuhi tumpukan kertas dan laptop yang menyala.
"Pastikan kita jelaskan dengan rinci kebutuhan kita, ya," kata Galaxia sambil mengetik di laptopnya.
"Tenang saja, Kak. Aku sudah punya beberapa data yang bisa kita masukkan," jawab adik Galaxia sambil membolak-balik catatan yang ia bawa.
Ayah Galaxia memandangi kedua anaknya dengan bangga. "Kalian hebat. Dengan bantuan kalian, aku yakin kita bisa mendapatkannya."
Keesokan harinya, mereka bertiga menuju kantor dinas yang memberi bantuan pakan. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya mereka dipanggil masuk.
"Ini proposal yang kami buat," kata Ayah Galaxia sambil menyerahkan map berisi dokumen.
Petugas dinas membaca sekilas proposal tersebut. "Baik, Pak. Kami akan memprosesnya. Mohon tunggu kabar selanjutnya."
Galaxia dan adiknya sudah kembali ke kampus beberapa hari kemudian dengan perasaan lega, berharap ayah mereka bisa mendapatkan bantuan yang diperlukan.
Minggu berganti bulan, dan Ayah Galaxia belum menerima kabar apa pun. Hingga suatu hari, ia menerima surat pemberitahuan dari dinas.
"Permohonan harus dilengkapi dengan kelompok tani dan fotokopi sertifikat," baca Ayah Galaxia dengan suara lemah.
Galaxia yang sedang berbicara dengan ayahnya lewat telepon mencoba menenangkannya. "Jangan khawatir, Yah. Kita bisa bentuk kelompok tani dan lengkapi semua persyaratan. Jangan putus asa."
Ayah Galaxia mengikuti saran Galaxia. Ia membentuk kelompok tani dengan tetangga sekitar dan melengkapi semua dokumen yang diminta. Namun, waktu terus berlalu, dan bantuan yang dinanti tak kunjung datang.
Setahun telah berlalu sejak mereka mengajukan proposal. Ayah Galaxia semakin putus asa, namun Galaxia dan adik Galaxia selalu berusaha memberikan semangat setiap kali mereka pulang ke rumah.