Di tengah kebun sawit yang lebat, seorang pria tua berjuang melawan rasa lelahnya. Cahaya matahari sore yang redup tidak mampu menghapus kerutan di wajahnya yang dipenuhi debu dan keringat.
Ia adalah ayahnya Galaxia, yang meski usia sudah menggerogoti tubuhnya, tetap tak menyerah demi masa depan anak-anaknya.
"Mungkin ini jalan satu-satunya," gumamnya sambil mengusap keringat dari dahinya. Setiap butir berondol sawit yang dikumpulkannya adalah harapan bagi pendidikan Galaxia dan adiknya.
Ayahnya, yang dikenal oleh banyak orang sebagai seorang pekerja keras, sebenarnya sudah beberapa kali mendapatkan tawaran dari teman-temannya untuk bergabung dalam mengerjakan proyek besar.
Proyek ini menjanjikan keuntungan besar, namun ada sesuatu yang membuat ayah Galaxia merasa tidak nyaman. Mereka tidak mengerti, kata ayahnya Galaxia dalam hati.
Dia tahu bahwa pekerjaan itu bisa membawa perubahan besar dalam hidup keluarganya, tetapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa proyek tersebut penuh dengan akal-akalan yang tidak jujur.
“Mengapa Abang tidak mengambil proyek yang dikerjakan oleh kawan-kawan Abang? Mengapa Abang harus mengumpulkan berondol?" tanya istrinya.
Ayahnya Galaxia menggeleng, "Tapi, Say, aku merasa lebih terhormat bekerja keras di kebun sawit perusahaan ini. Berondol yang kita kumpulkan adalah hasil keringat kita sendiri. Sedangkan proyek itu... aku merasa kita mencuri dari uang rakyat."
Istrinya menghela napas, "kami mengerti, Abang. Tapi, hidup ini tidak selalu mudah. Kadang kita harus mengambil kesempatan yang datang."
Ayahnya Galaxia menatap istrinya, "Aku tahu, Say. Tapi, aku ingin kita bisa tidur dengan tenang di malam hari, tanpa merasa bersalah," sambung ayahnya Galaxia. “Hidup jujur itu prinsip yang sudah harga mati.”
Malam itu, ayah Galaxia merenungkan pembicaraannya dengan istri tercintanya. Dia tahu bahwa keputusan ini tidak mudah. Namun, hatinya merasa mantap untuk tetap setia pada pekerjaan yang jujur dan bermartabat.
Dia bertekad untuk mengumpulkan berondol lebih banyak lagi, membuktikan bahwa hasil keringat sendiri lebih berarti daripada keuntungan instan dari korupsi proyek yang meragukan.
Hari-hari berlalu, dan ayahnya Galaxia terus bekerja keras di kebun kelapa sawit. Setiap berondol yang dia kumpulkan adalah bukti dari ketekunan dan integritasnya.
Meskipun proyek besar itu menggoda, dia tetap teguh pada prinsipnya. Ayahnya Galaxia yakin bahwa hidup yang bermartabat jauh lebih berharga daripada kekayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak jujur.
Dengan penuh dedikasi, ayahnya Galaxia membuktikan bahwa kerja keras dan kejujuran selalu membuahkan hasil yang manis. Hasil dari Berodol sawitnya ternyata mampu mengongkosi kedua anaknya dan dia menjadi teladan bagi banyak orang di sekitarnya.
Sementara hari itu, di rumah sederhana mereka, Galaxia dan adiknya sedang pulang liburan, mereka bersama Ibu mereka, merasakan kegelisahan yang sama. Mereka tahu apa yang dilakukan ayah mereka demi mereka.