Hari itu, langit senja berwarna oranye memayungi perjalanan Galaxia dan keluarganya. Sepulang dari tempat pelaksanaan wisuda, mereka baru saja selesai membeli makanan di rumah makan sederhana yang menyediakan makanan murah.
Kedua orang tua Galaxia, ayah Galaxia dan ibunya Galaxia, tampak lega setelah berhasil membeli cukup makanan untuk keluarga besar mereka dengan harga yang terjangkau.
Galaxia dan adik-adiknya, membantu membawa kantong-kantong makanan tersebut.
"Galaxia, jangan terlalu cepat berjalan. Kita harus bersama-sama," kata ayah Galaxia dengan suara lembut namun tegas.
Galaxia menoleh dan tersenyum, mengurangi langkahnya. "Iya, Pak."
Setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di rumah kos mereka. Rumah kos itu kecil dan sederhana, namun cukup untuk menampung keluarga mereka. Di dalam, mereka disambut oleh sepupu mereka, yang sedang kuliah di kota itu.
"Sudah lama menunggu?" tanya ibunya Galaxia sambil meletakkan kantong makanan di meja.
Sepupu Galaxia itu tersenyum hangat. "Tidak, Bude. Saya baru saja tiba."
Siang itu, meja makan sederhana di rumah kos mereka penuh dengan tawa dan canda. Meskipun makanannya sederhana, kebersamaan keluarga membuat segalanya terasa istimewa.
Galaxia duduk di sebelah adiknya, sibuk mengobrol dengan sepupunya tentang kuliahnya.
"Makan yang banyak, Nak. Jangan malu-malu," kata ayah Galaxia sambil menyodorkan piring tambahan kepada keponakannya.
Sepupunya Galaxia tersenyum canggung. "Terima kasih, Paman. Makanan ini enak sekali."
Ibunya Galaxia ikut tersenyum, merasa bahagia melihat keluarganya berkumpul dan menikmati makan bersama. Setelah makan, mereka semua memutuskan untuk tidur siang.
Galaxia merasa lega bisa beristirahat setelah hari yang panjang.
Malam harinya, suasana rumah kos menjadi lebih tenang. ayah Galaxia mengajak anak-anaknya berkumpul di ruang tengah. Galaxia dan adik-adiknya duduk mengelilingi ayah mereka, sementara ibunya Galaxia menyiapkan teh hangat di dapur.
"Ada apa, Pak? Kenapa kita dikumpulkan malam-malam begini?" tanya Fajar, penasaran.
Ayah Galaxia menarik napas panjang sebelum berbicara. "Anak-anak, ada yang ingin Bapak sampaikan. Kalian tahu, kita hidup sederhana. Bapak dan Ibu tidak bisa memberi kalian warisan yang besar seperti orang lain."