Galaxia berdiri di depan gedung megah yang menjulang tinggi, kantor pusat PBB. Matanya berbinar penuh semangat dan kebanggaan. Setelah perjalanan panjang menyelesaikan pendidikan S3 di Perancis, kini ia siap menghadapi tantangan baru.
Mengenakan jas hitam elegan dan sepatu hak tinggi yang menambah kesan profesional, Galaxia melangkah mantap ke dalam gedung.
Di dalam, ia disambut oleh resepsionis yang ramah.
“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya dengan senyum hangat.
“Selamat pagi. Saya Galaxia, saya memiliki janji untuk wawancara kerja di Divisi Pembinaan Orang Muda,” jawab Galaxia.
Resepsionis memeriksa daftar tamu di komputernya dan mengangguk. “Tentu, Bu Galaxia. Silakan menuju lantai 15, ruang 1502. Tim seleksi sudah menunggu Anda.”
Galaxia mengucapkan terima kasih dan berjalan menuju lift. Detak jantungnya bertambah cepat seiring naiknya lift ke lantai 15. Ini adalah momen yang ia nantikan, kesempatan untuk mewujudkan impiannya bekerja di organisasi internasional yang sangat dihormati.
Pintu lift terbuka, dan Galaxia melangkah keluar. Ia melihat pintu ruang 1502 di ujung koridor. Dengan keyakinan penuh, ia mengetuk pintu dan masuk setelah mendengar suara dari dalam yang mempersilakannya masuk.
Di dalam, terdapat tiga orang pewawancara yang menatapnya dengan penuh minat. Mereka memperkenalkan diri sebagai Mr. Brown, Ms. Liang, dan Dr. Hassan.
“Selamat pagi, Galaxia. Silakan duduk,” kata Mr. Brown dalam bahasa Inggris sambil menunjukkan kursi di hadapan mereka.
“Terima kasih,” Galaxia menjawab, duduk dengan anggun dan menatap mereka dengan percaya diri.
Ms. Liang membuka percakapan, “Galaxia, kami sangat terkesan dengan nilai tes Anda yang sangat tinggi dan kemampuan Anda menguasai 32 bahasa asing. Bisa Anda ceritakan sedikit tentang perjalanan akademik Anda di Perancis?”
Galaxia tersenyum, “Tentu, selama di Perancis saya fokus pada studi interdisipliner yang mencakup linguistik, sosiologi, dan psikologi. Saya juga aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa internasional, yang memberikan saya pengalaman berharga dalam berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang budaya.”
Dr. Hassan menambahkan, “Rekam jejak Anda selama kuliah sangat mengesankan. Bagaimana Anda mengembangkan kemampuan multilingual Anda?”
“Saya selalu tertarik dengan bahasa dan budaya. Sejak kecil, saya sudah mempelajari beberapa bahasa, dan selama di Perancis, saya memperdalam kemampuan tersebut dengan mengambil kursus tambahan dan berinteraksi dengan penutur asli.”
Mr. Brown mengangguk, “Itu luar biasa. Sekarang, bagaimana Anda melihat peran Anda di PBB, khususnya dalam pembinaan orang muda?”
“Saya percaya bahwa pemuda adalah agen perubahan yang paling kuat. Dengan membekali mereka pendidikan yang baik dan kesempatan untuk berkontribusi, kita bisa membentuk masa depan yang lebih baik. Saya ingin menggunakan kemampuan saya untuk memfasilitasi program-program yang dapat mengembangkan potensi mereka,” jawab Galaxia dengan penuh semangat.
Wawancara berlangsung sekitar satu jam, dan Galaxia menjawab setiap pertanyaan dengan mantap dan penuh keyakinan. Ketiga pewawancara tampak terkesan dengan jawaban-jawabannya.
Setelah wawancara selesai, Galaxia keluar dari ruangan dengan perasaan lega. Ia merasa telah memberikan yang terbaik. Sekarang, tinggal menunggu hasilnya.
Beberapa minggu kemudian, Galaxia menerima surat resmi dari PBB. Tangan gemetar saat membuka amplop tersebut. Di dalamnya, terdapat surat penerimaan dengan tulisan tebal: “Selamat, Anda diterima sebagai Koordinator Program Pembinaan Orang Muda.”
Galaxia melompat kegirangan. Ia segera menghubungi orang tuanya dengan video call untuk berbagi kabar baik.