Malam itu, di bawah langit yang bertabur bintang, seorang gadis bernama Galaxia yang sudah selesai S3 dan menjadi dosen sebuah universitas negeri di daerahnya berdiri di depan jendela kamarnya, merenungi satu hal yang sangat mengusik pikirannya.
Dia adalah seorang ahli linguistik yang gigih, selalu mencari tahu keunikan di balik setiap bunyi dan intonasi. Ada satu hal yang ingin Galaxia tekankan kepada teman-temannya, yaitu cara melafalkan huruf 'V'.
"Kenapa di Indonesia, kebanyakan orang mengucapkan 'V' sebagai 'F'?" tanya Galaxia pada dirinya sendiri, suaranya hampir berbisik di tengah malam yang hening. "Ivan jadi Ifan, Deva-Devi jadi Dewa-Dewi... Padahal, dalam bahasa Inggris, jelas ada perbedaan pelafalan antara 'V' dan 'F'."
Galaxia memutuskan untuk mengadakan diskusi di kampusnya tentang hal ini. Keesokan harinya, dia berdiri di depan kelas dengan penuh semangat, siap berbagi pengetahuannya.
"Teman-teman," panggil Galaxia, mencoba menarik perhatian seluruh kelas. "Ada sesuatu yang menarik tentang huruf 'V'. Kalian tahu, di Asia, hanya bahasa India yang punya cara melafalkan huruf ini dengan benar. Dan di Indonesia, hanya ada dalam di bahasa Uut Danum dan Apo Kayaan saja."
Andre, teman dosen Galaxia yang duduk di baris depan, mengangkat tangan. "Galaxia, apa itu Uut Danum dan Apo Kayaan?"
"Uut Danum dan Apo Kayaan adalah bahasa daerah di Kalimantan. Mereka memiliki cara melafalkan 'V' yang mirip dengan bahasa Inggris," jawab Galaxia dengan antusias.
Namun, tidak semua orang tampak tertarik. Beberapa dari mereka bahkan terlihat bosan. Melihat ini, Galaxia mengambil inisiatif untuk membuat topik ini lebih menarik.
"Baiklah, bagaimana kalau kita praktikkan cara melafalkan 'V' dan 'F' bersama-sama?" tawar Galaxia. "Misalnya, kata 'victory' dengan 'factory'."
Kelas pun mulai bergemuruh dengan suara-suara yang mencoba melafalkan kedua kata itu. Ada yang berhasil, ada yang tidak, tetapi semua terlihat lebih tertarik.
"Andre, coba kamu ucapkan 'victory'," pinta Galaxia.
"Viktory," kata Andre dengan penuh percaya diri.
"Bagus! Sekarang, siapa yang mau mencoba 'factory'?"
Seorang siswi bernama Lina mengangkat tangan dan mengucapkan, "Faktory."
"Hebat!" seru Galaxia. "Kalian lihat perbedaannya, kan? Ini bukan hanya tentang bunyi, tapi juga tentang bagaimana kita bisa menghormati asal-usul kata-kata itu."
Sejak hari itu, Galaxia dan teman-temannya semakin sering berlatih cara melafalkan 'V' dengan benar. Mereka bahkan mulai menggunakan kata-kata yang mengandung huruf 'V' dalam percakapan sehari-hari.
“Kalian juga perlu tahu, bahwa rata-rata dosen bahasa yang pernah kuliah di Inggris, Amerika atau Australia, pasti tahu cara melafalkan furuf ‘V’ ini,” ujar Galaxia.