Orang Orang Di Atas Angin

Yovinus
Chapter #60

60-Menjadi Ahli Linguistik Internasional

 

Galaxia duduk di mejanya, tenggelam dalam lautan buku-buku bahasa yang memenuhi rak di sekitarnya. Di sekelilingnya, tumpukan kamus, buku tata bahasa, dan teks-teks klasik dari berbagai bahasa dunia berserakan.

Ia merasa betah di ruang kerjanya yang nyaman, di mana setiap sudutnya dipenuhi dengan petualangan linguistik yang menanti untuk dijelajahi.

"Bahasa adalah jendela dunia," bisiknya, matanya menyusuri halaman sebuah buku tata bahasa Swahili yang baru saja ia beli. "Setiap kata, setiap frasa, mengandung sejarah dan budaya yang tak ternilai harganya," Galaxia bergumam sendiri.

Di luar jendela, matahari mulai terbenam, menyelimuti kampus dengan cahaya keemasan. Namun, bagi Galaxia, hari masih panjang. Sebagai dosen bahasa di universitas negeri setempat, waktu seolah tidak pernah cukup untuk memenuhi dahaganya akan ilmu pengetahuan.

"Galaxia, kau masih di sini? Sudah larut malam," suara lembut Sofya memecah keheningan, membuat Galaxia terkejut sejenak.

"Oh, Sofya! Aku tidak menyadari waktu berlalu begitu cepat," jawabnya sambil tersenyum. "Aku sedang mempelajari struktur morfologis bahasa Swahili. Sangat menarik!"

Sofya duduk di sebelah Galaxia, ikut melihat halaman buku yang sedang dibaca.

"Kau selalu menemukan cara untuk membuat bahasa-bahasa ini hidup. Tapi kau harus ingat untuk beristirahat juga," ujar Sofya mengingatkan kawannya itu.

"Aku tahu, tapi rasanya aku tak pernah puas. Setiap kali aku mempelajari satu bahasa, aku ingin tahu lebih banyak. Seperti ada kekosongan yang terus menuntut untuk diisi," desis Galaxia kelelahan.

Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan malam yang mulai menyelimuti kampus. Galaxia menyandarkan tubuhnya di kursi, memikirkan perjalanannya selama ini. Dari kecintaannya pada bahasa sejak kecil hingga kini menjadi ahli linguistik internasional yang diakui, semuanya terasa seperti mimpi.

 

"Kau sudah menguasai 99 bahasa, Galaxia. Itu luar biasa. Apa yang mendorongmu untuk terus belajar?" tanya Sofya heran bercampur kagum dan sedikit iri.

Karena bakat yang diperlihatkan Galaxia memang belum ada duanya di dunia. Sementara itu, Galaxia menghela napas panjang, matanya menerawang jauh.

"Setiap bahasa memiliki keindahan dan keunikannya sendiri. Bahasa adalah jembatan yang menghubungkan manusia dengan budaya mereka. Dengan memahami bahasa, kita bisa memahami cara berpikir dan perasaan orang lain. Itu yang membuatku terus maju," jelas Galaxia.

Sofya tersenyum, kagum dengan dedikasi dan semangat sahabatnya.

"Aku bangga padamu, Galaxia. Kau benar-benar inspirasi bagi kita semua," desis Sofya sambil memeluk sahabatnya.

Mereka mengobrol hingga larut malam, membicarakan bahasa, budaya, dan mimpi-mimpi mereka. Ketika akhirnya Sofya pamit pulang, Galaxia kembali tenggelam dalam buku-bukunya, merasa semangatnya semakin berkobar.

Dia lupa jika dirinya sudah menikah dan ada suami yang menunggu di rumah. Merasakan itu, Galaxia segera mengemas barangnya seperlunya dan menutup pintu ruangan kerja dan menuju mobilnya untukm pulang.

Lihat selengkapnya