Galaxia berdiri di depan jendela kamarnya, memandangi keramaian di bawah. Pemandangan yang sama selalu membuatnya gelisah setiap awal semester.
Mahasiswa baru berdatangan dengan wajah penuh harapan, namun hanya untuk disambut dengan kenyataan pahit: tempat tinggal di sekitar kampus sangat terbatas dan mahal.
"Galaxia, apa yang kau lihat?" tanya Sofya, sahabatnya sejak dia masuk ke universitas di daerahnya ini yang kini juga menjadi rekan sekampusnya.
Sofya meletakkan secangkir kopi di meja dan duduk di sofa, menatap Galaxia yang masih terdiam.
"Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Sofy. Lihat itu," kata Galaxia sambil menunjuk ke luar jendela, "Mahasiswa baru kesulitan mencari tempat tinggal. Mereka harus berjuang mendapatkan kamar kos yang dekat dengan kampus, dan jika tidak berhasil, mereka terpaksa tinggal di tempat yang lebih jauh."
Sofya mengangguk, memahami kekhawatiran sahabatnya. "Kau tahu, masalah ini sudah berlangsung lama. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Biaya sewa di dekat kampus sangat mahal. Tak semua mahasiswa mampu membayarnya."
Galaxia menghela napas panjang, kembali duduk di kursinya. "Aku berpikir untuk mendirikan asrama gratis untuk mereka, Sofya. Untuk seribu mahasiswa. Aku ingin mereka memiliki tempat tinggal yang layak tanpa harus khawatir tentang biaya sewa."
Sofya terkejut mendengar rencana ambisius Galaxia. "Asrama gratis? Itu ide yang luar biasa, Galaxia. Tapi, bagaimana dengan biaya operasionalnya? Listrik, air, makanan... semua itu pasti memerlukan dana yang besar."
Galaxia tersenyum, menunjukkan rencana yang sudah lama ia pikirkan. "Aku akan menanggung biaya listriknya setiap bulan. Selain itu, aku akan menyediakan beras untuk mereka. Dan aku juga memiliki lahan kosong di belakang asrama. Lahan itu bisa mereka gunakan untuk menanam sayur. Mahasiswa bisa bergiliran menanam dan merawat tanaman, sehingga mereka tidak hanya mendapatkan tempat tinggal, tetapi juga belajar bercocok tanam dan mendapatkan sayuran segar."
Sofya terdiam sejenak, terpesona oleh semangat dan dedikasi sahabatnya. "Galaxia, kau benar-benar serius tentang ini, ya? Aku akan mendukungmu. Kita bisa memulai dengan mencari dana bantuan dan sukarelawan untuk proyek ini."
Keduanya kemudian mulai menyusun rencana lebih rinci. Mereka bertemu dengan berbagai pihak, dari dosen hingga pengusaha lokal, untuk mencari dukungan. Tidak mudah, namun semangat Galaxia yang tidak pernah padam berhasil menarik banyak perhatian dan bantuan.
Beberapa bulan kemudian, di sebuah lahan luas di pinggiran kota, berdirilah bangunan-bangunan asrama yang rapi. Galaxia dan Sofya berdiri di tengah-tengah lapangan, memandangi hasil kerja keras mereka.
"Galaxia, lihatlah. Kita berhasil," kata Sofya dengan mata berkaca-kaca.
Galaxia mengangguk, merasa haru. "Ini baru permulaan, Sofy. Kita harus memastikan bahwa mahasiswa di sini merasa nyaman dan terbantu."